iklan Ilustrasi
Ilustrasi

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI Jalur perorangan sepertinya tak dilirik oleh para kandidat yang bakal bertarung di Pilkada serentak gelombang kedua yang akan digelar 2017 mendatang.

Buktinya, sejauh ini sejumlah nama yang menyatakan kesiapannya untuk maju di Pilkada Tebo, Sarolangun dan Muaro Jambi masih berburu dukungan dari partai politik. Baik mereka yang berasal dari kalangan politisi, birokrat, pengusaha, akademisi dan sebagainya tampak mengantri mengikuti penjaringan kandidat yang dilakukan oleh partai politik.

Hal ini seperti yang tengah dilakukan incumbent Sukandar, Yopi Muthalib, Eka Marlina, Hamdi dan Sri Sapto Edi yang akan maju di Pilkada Tebo dan lainnya. Bahkan, Hafis Husaini setelah pensiun dari jabatan sebagai Asisten II Setda Provinsi Jambi awal Maret kemarin juga mengambil langkah cepat dengan memilih menjadi kader PAN guna memuluskan langkahnya tersebut.

Begitu juga di Sarolangun, incumbent Cek Endra, Asad Isma, Hilallatil Badri, M Syaihu, M Madel, Maryadi dan sederet nama lainnya juga memilih parpol sebagai perahu untuk maju bertarung.

Demikian halnya untuk Pilkada Muaro Jambi, mereka yang akan maju sebut saja, Ivan Wirata, Agustian Mahir dan Kemas Muhammad Fuad, Masnah Busro dan lainnya juga mengambi langkah serupa.

Fenomena ini menurut Pengamat Politik Jambi, Hadi Suprapto Rusli karena untuk maju sebagai dari perorangan atau independen harus memiliki ketokohan yang mangakar. Jika tidak, maka akan kesulitan, baik itu ketika memenuhi persyaratan hingga pada masa pencalonan nantinya.

Calon perorangan itu harus tokoh, dia memiliki jaringan yang mengakar. Karena semua akan dibangun dari nol dimulai dari dukungan untuk maju hingga pada relawan nantinya, ujarnya.

Untuk memenuhi ini, dia mempredikasi beberapa Pilkada ke depan sangat sulit terjadi di Jambi. Apalagi, parpol akhir-akhir ini dinilai lebih menawan dengan menyodorkan politik tampa syarat.

Untuk Jambi sepertinya agak susah meski ada yang mau maju. Tampaknya kandidat lebih memilih yang praktis. Apalagi masyarakat Jambi justru lebih cair, katanya.

Soal finansial, dia menilai tergantung kepiawaian kandidat sendiri. Parpol bisa saja lebih mahal jika terjadi permintaan mahar. Namun itu akan kecil jika figure kandidat yang mendaftar memiliki hasil survei yang baik.

Begitu juga dengan calon perorangan. Faktor finansial bisa saja membengkak apabila kandidat tidak piawai mengelolanya dengan baik. Sebaliknya bisa lebih sedikit jika dia mampu menjadi tokoh yang layak mengakar dan dipercaya oleh masyarakat.

Jadi untuk kans biaya itu relatif tergantung kanidatnya. Hanya saja sekarang parpol dinilai lebih efisien, jelasnya. (aiz)


Berita Terkait



add images