iklan Wasit Cholid Dalyanto ditanduk, dipukul, hingga diijak kepalanya.  Foto : M. Ulin Nuha/Radar Kudus/JPG
Wasit Cholid Dalyanto ditanduk, dipukul, hingga diijak kepalanya. Foto : M. Ulin Nuha/Radar Kudus/JPG

JAMBIUPDATE.CO - Pengadil asal Jogjakarta Cholid Dalyanto, mencurahkan jeritan hatinya usai menjadi korban aksi tidak terpuji pemain PS Benteng dalam laga melawan Persiku, di Stadion Wergu Wetan Kudus, Jumat (25/11).

Dalam laga itu, Cholid menjadi bulan-bulanan pemain tim tamu. Dia dipukul dan bahkan kepalanya diinjak pemain PS Benteng. Akibatnya, Cholid mengalami memar di bagian wajahnya.

Cholid mengungkapkan, awal mula kejadian tersebut saat pertandingan memasuki menit 45 babak pertama. Ketika itu pemain PS Benteng nomor 8 melakukan pelanggaran kepada pemain Persiku.

Dia melancarkan sepakan dengan mengambil bagian perut. Karena pemain tersebut sebelumnya sudah diganjar kartu kuning pada menit ke-24, Cholid pun mengusirnya dari lapangan.

Teman-temanya yang lain protes, "kenapa merah?" Jelas kartu karena mengangkat kaki terlalu tinggi dan membahayakan pemain lain, ujarnya saat dihubungi Radar Jogja (Jawa Pos Group).

Setelah mengeluarkan pemain tersebut, Cholid lantas diserang beberapa pemain PS Benteng. Dia mengingat pemain nomor 16 menanduk kepalanya. Cholid lagi-lagi mengeluarkan kartu merah. Namun, dia masih saja dikejar dan dikerubungi pemain tamu yang mengenakan jersey warna kuning.

Tetap dikejar saya berkelit. Tahu-tahu dari belakang ada yang memukul, saya jatuh. Pemain cadangan yang tidak diketahui asisten wasit masuk lapangan, menginjak kepala saya. Kena bagian pipi dan telinga. Sempat memar tapi sudah mulai baikan, imbuhnya.

Dia lalu bangun meniup peluit panjang dan menuju ruang ganti wasit. Kemudian dia ditanya pengawas pertandingan mengenai kesanggupannya memimpin permainan babak kedua. Dia masih menyanggupi.

Kapten PS Benteng saya panggil. Setelah nomor 8 dan 16 yang sudah kartu merah, saya beritahu ada pemain yang harus saya kartu merah lagi yaitu nomor 24, 21, dan nomor 14 pemain cadangan, ujarnya.

Sehingga total hanya 7 pemain PS Benteng melawan Persiku. Saat itu posisi Persiku unggul 2-0. Sampai pada menit ke-79, salah satu pemain PS Benteng cedera dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Sementara jatah pergantian pemain telah habis. Sesuai aturan pertandingan saya hentikan, bebernya.

Setelah melapor pada pengawas pertandingan dan PT GTS, dia mengatakan, keempat pemain kecuali nomor 8 masing-masing dihukum larangan bermain selama dua tahun oleh komite disiplin.

Beruntung setelah kejadian itu kondisi saya tidak ada masalah. Tidak ada yang retak atau patah tulang. Sabtu (26/11) saya masih bertugas wasit cadangan untuk Piala Suratin dan Minggu (27/11) sampai rumah masih selamat, imbuhnya.

Mengenai pertandingan tersebut, PS Benteng sebenarnya hanya perlu hasil imbang untuk mengunci satu tempat di 16-besar. Sementara Persiku sudah dipastikan lolos dan hanya mengamankan juara grup. Namun karena kalah, PS Benteng tersingkir dan satu slot grup E ditempati Mamuju Utama.

Meskipun mendapat perlakuan kasar pemain, Cholid mengaku tidak kapok. Namun, dia terpaksa tidak bisa melanjutkan bertugas menjadi pengadil di perdelapan final Linus dan Piala Suratin karena harus kembali ke Jogja.

Saya kemarin disuruh bertugas lagi. Kalau tidak di Kudus, Jepara, ya di Jogja. Tapi saya izin karena sudah 10 hari di Kudus meninggalkan sekolah. Apalagi Senin (28/11) ujian semesteran, ujar pria yang juga berprofesi sebagai guru SMP tersebut.

Mengenai kejadian tersebut, dia berharap di kemudian hari, pemain, ofisial dan pelaku sepak bola bisa tahu dan paham peraturan law of the game. Menurutnya, apa yang dia lakukan di lapangan hanya untuk menyukseskan pertandingan.

Kami tidak ada kepentingan apa-apa dan hanya berharap aturan dan keputusan dapat diterima dan ditaati bersama, harapnya. (riz/ong/ira/JPG)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images