iklan Jamaah haji sal Tanjabtim usai mengikuti tradisi Mappatoppo di pemondokan kemarin.
Jamaah haji sal Tanjabtim usai mengikuti tradisi Mappatoppo di pemondokan kemarin.

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Dalam Islam, tradisi Mappatoppo mungkin tak begitu dikenal. Namun itu dilestarikan jamaah asal Tanjabtim. Setelah proses ibadah di Armina telah selesai, maka jamaah tentu saja bersyukur karena tahapan telah tuntas.

Untuk mensyukuri itu, maka jamaah asal Tanjabtim yang merupakan suku Bugis melakukan ritual Mappatoppo. Prosesi berupa pemasangan songkok sebagai penanda bahwa seseorang telah berstatus haji.

Hal ini dibenarkan Ketua Kloter 21 EHA Jambi, H. Ambo Fera AFrizal bahwa jamaah merasa bahagia bisa melaksanakan proses ibadah haji secara khusyuk dan lancar.

"Alhamdulillah kami sudah melontar jamrah dan dilanjutkan dengan tahallul, aku Ambo usai menghadiri ritual Mappatoppo bersama jamaah haji asal tanjabtim.

Ambo melanjutkan, ada sebagian jamaah melaksanakan Mappatoppo sebagaimana tradisi yang selama ini telah lama dijalankan dalam masyarakat Bugisa. Semacam tradisi meresmikan gelar haji bagi jamaah.

Mappatoppo semacam penyematan gelar, hampir sama seperti seorang diwisuda bahwa ia telah melaksanakan ibadah haji, sambungnya.

Adapun yang dipercaya untuk melakukan prosesi Mappatoppo ini adalah pembimbing ibadah. Jumlah jamah haji yang mappatoppo, cukup banyak.

Selain mempercayakan Mappatoppo ini kepada pembimbing ibadah, juga dilakukan antar jamaah sendiri. Ini atas keinginan jamaah sendiri.

Sebagaimana diketahui bahwa Mappatoppo bukan prosesi wajib dalam haji. Hanya bagian dari tradisi masyarakat sebagai bentuk untuk mendapatkan keberkahan haji. Bagi jamaah yang ingin melaksanakan Mappatoppo bisa dikatakan sebagai ekspresi budaya. Bagi yang tidak mau, juga bukan masalah.  (kta)


Berita Terkait



add images