iklan MASIH CUKUP: Para petani di sentra cabai Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung memanen dini tanamannya yang terkena virus kuning. (M FIKRI ZULFIKAR - RadarKediri/JawaPos.com)
MASIH CUKUP: Para petani di sentra cabai Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung memanen dini tanamannya yang terkena virus kuning. (M FIKRI ZULFIKAR - RadarKediri/JawaPos.com)

JAMBIUPDATE.CO, KEDIRI KABUPATEN Walaupun virus kuning terus merusak tanaman cabai petani, stok komoditas ini ternyata masih aman. Setidaknya untuk mencukupi kebutuhan pasar di Kabupaten Kediri tidak terganggu.

Hal ini disebabkan adanya penambahan luas lahan pada 2017. Sehingga membuat produksi panen stabil. Selain itu, petani masih sempat memanen tanamannya sebelum virus kuning menyebar luas dan membusukkan cabai.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Kediri menerangkan bahwa virus kuning ini menyerang cukup masif dan merusak tanaman-tanaman cabai petani. Terlebih di sentra Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung akhir-akhir ini.

Kendati begitu, persediaan di pasaran tetap memadai. Masih aman Mas, karena di tempat kami panenan masih tetap bisa mencukup kebutuhan pasar, ungkap Kepala Desa (Kades) Kebonrejo Yoni Widarto yang desanya memang dikenal sebagai penyetok cabai terbesar di Kabupaten Kediri.

Widarto optimistis, para petani desanya masih bisa mencukupi permintaan pasar. Ini dikarenakan pada 2017 lalu banyak yang memperluas lahan tanam cabainya.

Dia menerangkan, hal ini bermula pada 2016 saat cabai mengalami lonjakan harga secara signifikan dan cenderung tinggi. Dari situlah tahun selanjutnya para petani yang tergiur dengan harga yang mahal itu langsung memperluas areal tanahnya, terangnya.

Maka dari harga yang menggiurkan itu, lanjut Widarto, pada tahun lalu petani yang biasa menanam cabai di lahan seluas satu hektare menambahnya sampai dua hektare. Kecenderungan memperluas tanam ini terlihat dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri.

Dari yang awalnya seluas 4 ribu hektare se-Kabupaten Kediri. Pada tahun 2017 menjadi 7 ribu hektare. Ini bisa dilihat dari petani-petani di desa kami ini. Yang biasa satu hektare juga jadi menggarap dua hektare khusus cabai, paparnya.

Melihat kecenderungan seperti itu, Widarto menganggap, walaupun saat ini para petani termasuk dia yang juga menggarap lahan cabai dan juga terkena virus cabai. Namun petani desanya yang merupakan sentra cabai tetap bisa mencukupi stok pasaran.

Walaupun masih bisa cukupi stok tapi kita akui serangan virus ini lumayan parah dan juga mengkhawatirkan kami, imbuhnya.

Karena, menurut Widarto, tanaman yang sudah terkena virus kuning tersebut. Membuat pertumbuhan daunnya pun kurang maksimal karena mengeriting dan daunnya lama-lama berwarna kuning. Karena itu juga produksi tanaman cabainya pun juga tidak maksimal.

Dia memperkirakan jika biasanya saat keadaan normal tanpa kena virus kuning. Tanaman cabai bisa maksimal 100 persen. Namun karena virus kuning ini maksimal tanaman hanya produksi 80 persen saja.

Penurunan produksi bisa sampai 20 persen hingga 40 persen. Itu karena virus kuning, urainya.

Melihat petaninya kini mulai banyak yang mengalami kerusakan tanaman cabainya akibat virus kuning ini. Namun pihaknya mengaku telah mendatangkan pihak dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Malang.

Mereka diundang untuk melakukan penyuluhan kepada kelompok-kelompok tani agar terus melakukan penanaman secara berlanjut dan tidak langsung drop melihat dampak virus kuning ini. Disosialisasikan agar tetap berproduksi, tegas Widarto. (rk/fiz/die/JPR)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images