iklan Ilustrasi: Pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. (Kokoh Praba/JawaPos.com)
Ilustrasi: Pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. (Kokoh Praba/JawaPos.com)

JAMBIUPDATE.CO- Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bakal meramaikan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Persaingan Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto mengulang pertandingan empat tahun lalu. Di Kaltim, dua pasangan calon (paslon) bakal bersaing sengit memperoleh suara terbanyak.

Di atas kertas, Jokowi-Maruf Amin diunggulkan. Meski begitu untuk level Kaltim, duet Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno diprediksi mampu memberi perlawanan serius terhadap petahana.

Pasalnya, koalisi nasional PKS, Gerindra, dan PAN sebelumnya sukses dengan pasangan Isran Noor dan Hadi Mulyadi di Pemilihan Gubernur Kaltim 2018. Ditambah Partai Demokrat, lalu dukungan dari Partai Berkarya, koalisi partai politik (parpol) Prabowo-Sandi diyakini mampu menandingi Jokowi-Maruf yang diusung PDIP, PKB, PPP, PKPI, Golkar, NasDem, dan Hanura. Ditambah dukungan dari Perindo dan PSI.

Jika membandingkan jumlah kepala daerah dan anggota DPRD Kaltim dari kader parpol, parpol pengusung Jokowi-Maruf unggul. Ada total 37 anggota parlemen di Karang Paci sebutan kantor DPRD Kaltim di Samarinda atau 67,2 persen merupakan kader partai pengusung Jokowi-Maruf. Sementara kepala daerah ada lima daerah. Di Bontang, Balikpapan, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Paser.

Sementara itu, anggota DPRD Kaltim dari koalisi parpol pengusung Prabowo-Sandi hanya 18 orang atau 32,7 persen. Sedangkan kepala daerah, Prabowo mendapat dukungan dari Samarinda, Berau, Penajam Paser Utara, Mahakam Ulu, dan Kaltim.

Pengamat politik Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Sonny Sudiar menilai, di Kaltim pertarungan Pilpres 2019 bakal sengit. Selisih suara antara dua kandidat diprediksi berakhir beda tipis.

Namun, kans Prabowo-Sandi untuk menang jauh lebih besar. Didukung koalisi solid sejak Pilkada Serentak 2018, dan di belakangnya ada dukungan dari Habib Rizieq Shihab dengan ratusan organisasi Islam yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama.

Sementara di kubu Jokowi, meski merangkul Maruf Amin yang merepresentasikan Nahdlatul Ulama (NU), tapi bukan berarti kukuh. Karena garis komandonya tidak semudah parpol seperti PKS, PAN, dan Gerindra. Sedangkan Prabowo dinilai memiliki finansial cukup besar karena menggandeng Sandiaga Uno yang merupakan pengusaha dan mantan wakil gubernur DKI Jakarta. Kekuatan finansial salah satu indikator utama dalam Pilpres 2019, tutur Sonny.

Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unmul itu mengatakan, kendati Maruf merupakan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), namun bukan berarti serta-merta mendapat mayoritas dukungan dari umat Islam.

Di Indonesia, ada dua organisasi masyarakat (ormas) Islam besar, yakni NU dan Muhammadiyah. Kendati NU bisa dirangkul, tapi ada Muhammadiyah yang kemungkinan besar merapat ke Prabowo. Diikuti lebih 500 ormas Islam lain di bawah komando Rizieq Shihab.

Prabowo-Sandi dalam hitungannya unggul dalam dukungan ormas Islam, solidaritas parpol, dan gelombang gerakan sosial, baik 212 maupun gerakan 2019 Ganti Presiden. Di Kaltim gerakan 2019 Ganti Presiden itu terasa dan sudah digaungkan di mana-mana, katanya sebagaimana diberitakan Kaltim Post (Jawa Pos Group), Minggu (12/8).

Selain itu, meski mendapat dukungan dari mayoritas parpol, koalisi Jokowi-Maruf Amin tidaklah kukuh. Itu jika melihat rekam jejak Golkar dalam panggung politik selama ini. Ada potensi berpindah dukungan di tengah tingginya intervensi Megawati terhadap Jokowi. Yang pasti Pilpres 2019 akan berlangsung seru, partisipasi masyarakat akan bertambah, ya setidaknya bisa mencapai 65 persen, pungkasnya.

Senada, pengamat politik Unmul lainnya, Luthfi Wahyudi menilai, Pilpres 2019 di Kaltim akan berlangsung sengit. Kandidat sama-sama kuat secara elektoral. Jokowi-Maruf didukung partai besar di Kaltim. Begitu pula Prabowo-Sandi disokong koalisi pemenang Pilgub Kaltim 2018. Kemudian ditambah dukungan dari Partai Demokrat dan Partai Berkarya.

Gubernur dan wakil gubernur Kaltim terpilih dari koalisi Prabowo-Sandi. Itu punya nilai lebih jika mereka menjadi juru kampanye, kata Luthfi.

Sosok Sandiaga Uno, menurut Luthfi, juga punya nilai lebih jika dibandingkan dengan cawapres Jokowi, Maruf Amin yang sudah sepuh. Sandiaga bisa meraup dukungan dari anak-anak muda dan pengusaha. Jumlah pemilih pemula itu cukup besar di Benua Etam.

Meski sosok Maruf Amin tidak bisa diremehkan. Dia merupakan representasi NU. Punya basis pemilih loyal. Di Kaltim, kader NU cukup diperhitungkan. Meski kurang dikenal, ada waktu lebih dari enam bulan bagi Sandi untuk kampanye. Itu waktu yang cukup untuk sosialisasi. Ditambah dengan kader parpol yang berkoalisi itu kan salah satunya ada PKS. Mereka punya gerakan cukup masif untuk memengaruhi masyarakat, papar dia.

Secara umum, sebut dia, kekuatan dari masing-masing kandidat masih berimbang. Jokowi sebagai petahana punya pengaruh kuat. Dikenal luas oleh masyarakat. Di Kaltim, Prabowo-Sandi harus kerja keras mengalahkan Jokowi. Meski, ada beberapa catatan Jokowi di Kaltim. Seperti pelemahan ekonomi.

Jika isu itu dieksplorasi sebagai bahan kampanye dan jadi materi utama Prabowo-Sandi tentu Jokowi akan kesulitan. Sekalipun sama-sama tahu pelemahan ekonomi di Kaltim itu terjadi karena banyak faktor, seperti harga batu bara dan migas yang anjlok, ujarnya.

Sekretaris DPD Gerindra Kaltim Aji Seno mengatakan, duet Prabowo-Sandi merupakan yang terbaik. Sosok Prabowo merepresentasikan capres yang kuat dan tegas. Sementara Sandiaga Uno sebagai pengusaha sukses. Kemudian keduanya didukung oleh ulama.

Koalisi kami juga solid, PKS, Gerindra, dan PAN. Kemudian ditambah Demokrat dan Berkarya yang bergabung. Kami sudah buktikan mampu menang di Pilgub Kaltim, selanjutnya pilpres, yakin Aji Seno.

Dikatakan dia, pihaknya segera mematangkan strategi pemenangan di Kaltim. Pekan depan akan diadakan rapat pleno di internal DPD Gerindra Kaltim membahas Pilpres 2019. Setelah itu akan dilakukan rapat gabungan bersama partai koalisi. Kami akan sapu bersih kemenangan di 10 kabupaten/kota se-Kaltim untuk memenangi Pilpres 2019, ucapnya.

Sementara itu, Bendahara DPD PDI Perjuangan Kaltim Muhammad Samsun mengatakan, paket Jokowi-Maruf Amin adalah yang terbaik. Perpaduan nasionalis-religius. Menjawab harapan masyarakat saat ini. Duet cocok. Kami yakin menang, singkatnya.

Jika berkaca dari hasil Pilpres 2014, di Kaltim-Kaltara, Jokowi yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) menang atas Prabowo-Hatta Rajasa. Jokowi-JK memperoleh 1.190.156 suara atau 63,37 persen. Sementara Prabowo-Hatta memperoleh 687.734 suara atau 36,62 persen. Hasil ini tentu saja jadi catatan bagi parpol pengusung, terutama koalisi Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Tidak mudah mengalahkan Jokowi-Maruf di Bumi Etam.

(fab/jpg/ce1/JPC)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait