iklan Ilustrasi: pencurian data. (eFileCabinet)
Ilustrasi: pencurian data. (eFileCabinet)

JAMBIUPDATE.CO, - Ancaman hacker akan menjadi masalah serius menjelang pemilihan presiden (pilpres) dan pemilu legislatif (pileg) di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Kaspersky Lab Indonesia yang menyebut bahwa hacker mengincar data untuk dimanipulasi. Ancamannya pun bisa datang dari siapa pun.

Territory Channel Manager SEA Kaspersky Lab Indonesia Dony Koesmandarin mengungkapkan, ancaman para hacker sebenarnya bisa menyasar siapa pun. "Menjelang pilpres, ancaman hacker untuk peretasan data bisa saja terjadi. Peretas atau hacker melihat yang sudah-sudah (mengincar) angka atau data. Data bisa dimanfaatkan untuk apa pun, termasuk data perolehan suara," terang Dony saat acara jumpa pers Kaspersky di Jakarta, Kamis (7/2).

Lebih jauh, Dony menjelaskan, serangan siber yang dilakukan para hacker untuk mengincar data saat pilpres dan pileg bisa saja terjadi karena beberapa faktor. "Faktor teknis dan faktor nonteknis. Misalnya aman nih, kita jagain pilpres dan pileg dari depan. Kalo memang si empunya data ceroboh, ya bisa saja dia masuk lewat pintu lain. Kenapa pilpres dan pileg dibayangi isu keamanan data, karena data penting. Semua orang menunggu data," terangnya.

Selain itu, Dony menyebut bahwa bayang-bayang peretasan dan aksi hacker momentum pilpres dan pileg tidak mesti dikaitkan dengan salah satu pasangan calon. Tidak melulu siapa menginginkan apa dengan tujuan apa.

"Peretas pada umumnya mengincar segala sesuatu yang tren. Pemilu itu tren. Tujuannya mungkin mereka hanya ingin mencari pembuktian di kalangan hacker. Kerusakan sebesar apa yang bisa mereka akibatkan. Apapun motifnya, mereka mengincar data. Dan satu lagi, mereka ingin server down," bebernya.

Ketika ditanya siapa target dari aksi para hacker, Dony berpendapat bahwa siapa pun mungkin bisa menjadi target. Target tidak terlepas hanya Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau lembaga quick count saja yang biasa berperan penting dalam momentum pilpres dan pileg. "Siapa saja yang memegang data. Itu adalah targetnya," jelasnya.

Terakhir, Dony menyebut ancaman para hacker bisa datang dari dalam maupun luar negeri. Dia pun mengingatkan kepada aparat kepolisian untuk waspada dan tidak tertipu oleh hacker terkait lokasinya. Pasalnya, dengan modal virtual private network (VPN) saja, lokasi palsu sudah bisa dibuat untuk mengelabui polisi.

"Misalnya saat ini saya di Indonesia, saya buat VPN Hongkong. Yang terdeteksi pasti Hongkong. Padahal saya di Indonesia. Saya membatasi diri hanya pada aspek teknis. Kalau pemerintah minta bantuan. Kami siap," pungkasnya.

Editor : Fadhil Al Birra

Reporter : Rian Alfianto


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait