iklan Syekh Abdul Somad saat menjumpai KH. Maimoen Zubair di kediaman Gus Yasin, Kota Semarang, Sabtu (9/2). (Istimewa)
Syekh Abdul Somad saat menjumpai KH. Maimoen Zubair di kediaman Gus Yasin, Kota Semarang, Sabtu (9/2). (Istimewa)

JAMBIUPDATE.CO, - Abdul Somad yang kini telah menjadi seorang Syekh, menemui KH. Maimoen Zubair di Rumah Dinas Wakil Gubernur Jawa Tengah, Jalan Rinjani, Kota Semarang, Sabtu (9/2). Pertemuan dilakukan pada pagi hari dan tak terendus awak media.

Taj Yasin Maimoen, selaku tuan rumah membeberkan yang menjadi perbincangan pada pertemuan tersebut. Katanya, Syekh Abdul Shomad (SAS) tiba ke kediamannya sekitar pukul 08.00 WIB dan bertamu kurang lebih sejam saja. Kegiatan berlangsung santai, namun tetap seperti antara guru dan murid.

Sebelum ini, SAS yang lebih akrab dengan gelar ustad, sudah menemui Habib Luthfi bin Yahya dan dibaiat di garis Tariqah Naqsabandiyah. Sampai akhirnya memperoleh gelar syekh. Selain karena tokoh sepuh NU, Taj Yasin mengungkapkan, niatan SAS menemui Mbah Moen karena silsilah keilmuan keluarganya sama dengan Mbah Moen.

i¿¼Syekh Abdul Somad saat menjumpai KH. Maimoen Zubair di kediaman Gus Yasin, Kota Semarang, Sabtu (9/2). (Istimewa)

"Syekh Abdul Shomad lebih banyak mendengar Mbah Moen. Tujuan SAS minta sanad (silsilah) keilmuan dari Mbah Moen yang sampai kepada Rasulullah," kata Wagub yang akrab disapa Gus Yasin ini, Minggu (10/2)

Kala itu, Mbah Moen banyak menyampaikan wawasan kebangsaan soal sejarah Indonesia dan Islam di Indonesia. Dari pondasi-pondasi hukum tanah air hingga masuknya Islam ke Nusantara melalui Pulau Sumatera. Meski demikian, pesatnya perkembangan Islam justru ada di tanah Jawa.

"Sejarah ini yang oleh Mbah Moen agar dipahami siapapun. Karena kita harus menerima qadha dan qadar Allah. Termasuk menerima kenyataan jasa Belanda pada terbentuknya negara ini," kata Putra Mbah Moen ini.

Gus Yasin menegaskan, tidak ada perbincangan politik praktis kemarin. Namun lebih ke politik kebangsaan dan keorganisasian. Lantaran, dalam pertemuan itu murni sebagai salah satu perjalanan spiritual SAS yang kian hari makin dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU).

"Kan sudah lama beliau ingin ke NU. Namun karena ada catatan-catatan dari teman-teman di NU, dan itu yang membuat beliau tidak bisa masuk. Tapi karena banyaknya teman beliau yang aktivis NU, akhirnya menjadikan beliau seperti ini. Kan sudah lama kita tidak mendengar ceramah beliau yang seperti dulu," katanya.

Menurut Gus Yasin, pada penghujung pertemuan, SAS menyampaikan rasa syukurnya karena bisa bertemu Mbah Moen yang mampu memberikan pencerahan dan wacana berbeda. Ia begitu rendah hati menyikapi perbedaan dan itulah yang membuatnya terkesima.

"Meski sempat punya pemikiran berbeda, namanya orang kan pasti berubah. Nah sekarang sudah sama dengan kita, ya mari kita rangkul. Kalau itu baik ya harus kita terima. Bukan karena politik lima tahunan tapi untuk menjaga NKRI," katanya.

Usai menemui Mbah Moen, safari SAS berlanjut ke Jombang ke kediaman Gus Sholahudin Wahid. Kemudian ziarah ke makam Gus Dur dan pendiri NU, Kiai Bisri Syansuri. Gus Yasin berharap perjalanan spiritual ini bisa memberikan pemahaman pada masyarakat, baik dalam hal politis maupun organisasi keagamaan.

"Saya tidak perlu mengait-ngaitkan dengan politis. Tapi yang perlu dicatat adalah lisanul hal afsah min lisanul maqal  yang artinya bahasa tubuh itu lebih kuat daripada bahasa lisan," tutupnya.

Editor : Budi Warsito

Reporter : Tunggul Kumoro


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images