iklan Ilustrasi pendaftaran SNMPTN (FUAD MUHAMMAD/Kaltim Post/Jawa Pos Group)
Ilustrasi pendaftaran SNMPTN (FUAD MUHAMMAD/Kaltim Post/Jawa Pos Group)

JAMBIUPDATE.CO, - Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNM PTN) 2019 akan berakhir hari ini. Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) meminta siswa untuk segera melakukan finalisasi data hingga pukul 22.00 nanti.

Dalam upaya mendukung imbauan tersebut, sistem ganjil-genap berdasar nomor induk siswa nasional (NISN) dihapus sejak kemarin siang (18/2). Ketua Koordinator Pelaksana Teknis LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto menuturkan, sistem ganjil-genap NISN tidak perlu lantaran sudah memasuki masa akhir pendaftaran.

"Server sudah lancar dan yang melakukan finalisasi tinggal sedikit," kata Budi kepada Jawa Pos kemarin.Berdasar data yang masuk hingga pukul 18.00 kemarin, 475.418 siswa sudah mendaftar. Namun, dari jumlah tersebut, belum seluruhnya melakukan finalisasi. Tercatat, hanya 467.203 peserta yang sudah tuntas hingga tahap akhir dan mencetak kartu ujian.

Meski begitu, jumlah pendaftar tersebut hanya meningkat 1 persen sejak update 17 Februari pukul 17.30 atau hanya 3.047 orang. Mengingat, jumlah siswa yang layak mendaftar 778.849.

"Ya, penambahan jumlah pendaftar relatif kecil," ucap Budi.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada itu menilai, banyak faktor yang menurunkan minat siswa. Antara lain, kuota 20 persen dari daya tampung, pemeringkatan sekolah berdasar akreditasi, dan peringkat siswa di satu sekolah.

Budi mengatakan, kuota penerimaan mahasiswa pada 2019 lebih kecil daripada 2018. "Turun dari 30 persen menjadi 20 persen," ujarnya. Atau sekitar 97 ribu peserta yang nanti tersebar merata di 85 universitas negeri se-Indonesia. Selain itu, peringkat sekolah dari semula 50 besar dirampingkan menjadi 40 besar se-Indonesia untuk akreditasi A. Untuk akreditasi B, diambil 25 besar.

Budi mencontohkan siswa A peringkat I di SMA peringkat ke-10. Siswa tersebut pasti kalah oleh siswa B dari sekolah peringkat kelima jika memilih jurusan dari universitas yang sama. Praktis, persaingan menjadi lebih ketat daripada tahun lalu.

Budi menyadari, mendaftar atau tidak adalah hak siswa maupun sekolah. Artinya, siswa maupun sekolah boleh menggunakan haknya atau tidak. Bergantung keputusan masing-masing. Jika menilik antusiasme saat ini, mungkin banyak siswa yang tidak menggunakan hak untuk mendaftar.

"Mungkin mereka memiliki pemikiran ngapain mendaftar karena melihat peringkat atau nilai yang kurang bisa bersaing. Sudah tidak berharap. Bisa saja pertimbangannya seperti itu."

Namun, pihaknya tidak lantas berdiam diri. Budi juga memberikan solusi agar siswa memilih jurusan dengan tingkat persaingan yang rendah. Jurusan tersebut tidak selalu berada di universitas yang bisa dibilang kurang mentereng. Belum tentu. Misalnya Jurusan Pariwisata atau Teknik Perkapalan Universitas Indonesia.

Upaya tersebut mampu meningkatkan peluang siswa untuk diterima. Juga, meratakan pendistribusian mahasiswa. "Karena bisa juga yang diterima kurang dari 97 ribu siswa. Sebab, banyak siswa yang bersaing di jurusan-jurusan yang bonafide dengan persaingan yang tinggi," papar dia.

Budi juga menyarankan, saat mendaftar, sebaiknya siswa menggunakan komputer atau laptop. Selain lebih nyaman dan aman, cara itu mengurangi risiko kesalahan. Contohnya yang dialami Dea April, siswi dari Bandung. Dia mengunggah foto melalui smartphone miliknya. Alhasil, foto yang tertera di kartu ujiannya tidak sesuai. Tidak menampilkan wajah, melainkan hanya bagian pundak kiri.

"Ini gimana? Perasaan pas nge-crop udah bener. Tapi, hasilnya malah gini," cuitnya di akun Twitter pribadi dengan disertai unggahan gambar kartu ujian SNMPTN 2019. 

Editor : Ilham Safutra

Reporter : (han/c11/ttg)

 


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images