iklan Ilustrasi: 11 pesawat boeing 737 Max-8 di Indonesia belum boleh terbang untuk sementara. (Kokoh Praba/JawaPos.com)
Ilustrasi: 11 pesawat boeing 737 Max-8 di Indonesia belum boleh terbang untuk sementara. (Kokoh Praba/JawaPos.com)

JAMBIUPDATE.CO, Pemerintah meminta semua maskapai menghentikan sementara operasional pesawat Boeing 737 Max-8. Kebijakan tersebut diambil setelah pesawat jenis tersebut mengalami dua kali kecelakaan dalam waktu empat bulan.

Kecelakaan pertama terjadi pada 29 Oktober 2018. Saat itu Boeing 737 Max-8 milik Lion Air akan terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang. Namun, 13 menit setelah take off, pesawat tersebut jatuh di perairan Karawang. Sebanyak 189 orang meninggal dunia.

Insiden serupa terjadi Minggu lalu (10/3). Pesawat Boeing 737 Max-8 milik Ethiopian Airlines jatuh di Bishoftu.

Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu lepas landas dari Bandara Internasional Bole, Addis Ababa, pukul 08.38 waktu setempat. Enam menit kemudian, pesawat itu jatuh. Sebanyak 149 penumpang dan 8 kru pesawat tewas.

Nah, atas dasar dua insiden tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan mengeluarkan kebijakan temporary grounded alias larangan terbang sementara.

Di Indonesia saat ini sebelas pesawat Boeing 737 Max-8 beroperasi. Sepuluh pesawat milik Lion Air dan satu dioperasikan Garuda Indonesia.

Larangan terbang itu berlaku sampai sebelas pesawat tersebut selesai diinspeksi. Pihaknya ingin memastikan pesawat yang beroperasi di Indonesia laik terbang.

Pak Menhub (Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Red) sudah menyetujui, ucap Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana Banguningsih Pramesti. Inspeksi dilakukan mulai hari ini.

Baru boleh terbang jika inspektur penerbangan menyatakan pesawat tersebut laik terbang kembali, jelas alumnus Pascasarjana Bidang Transportasi Institut Teknologi Bandung tersebut.

Dia mengatakan, pengawasan pada operasional Boeing 737 Max-8 dilakukan sejak 30 Oktober tahun lalu atau setelah tragedi Lion Air JT 610. Hingga saat ini, Ditjen Hubud terus berkomunikasi dengan Federal Aviation Administration (FAA).

FAA telah menerbitkan arahan kelaikan udara bagi seluruh operator penerbangan Indonesia yang mengoperasikan pesawat generasi keempat Boeing 737 itu. Yakni, PT Garuda Indonesia dan Lion Air.

Ditjen Hubud telah mengadopsi panduan itu untuk menjamin Boeing 737 Max-8 laik beroperasi di Nusantara. Mereka sudah menerima laporan FAA terkait langkah lanjutan untuk memastikan kondisi laik terbang pesawat buatan Amerika Serikat itu.

Polana mengaku sudah menerima pernyataan langsung dari perusahaan Boeing. Mereka berjanji memberikan hasil investigasi penyebab kecelakaan Ethiopian Airlines.

Mantan Kasubdit Prasarana Bandara Kemenhub itu meng ­imbau seluruh maskapai agar mematuhi aturan yang berlaku. Keselamatan itu utama dalam penerbangan, tegasnya.

Sementara itu, Tiongkok lebih dulu menerapkan kebijakan temporary grounded tersebut. Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok memerintah seluruh maskapai penerbangan agar mengandangkan Boeing 737 Max-8 maksimal pukul 18.00 waktu setempat kemarin.

Tiongkok waswas karena kecelakaan ET 302 hanya berselang empat bulan setelah jatuhnya pesawat dengan jenis yang sama milik Lion Air.

Karena dua kecelakaan itu melibatkan pesawat Boeing 737 Max-8 yang baru dikirim dan terjadi saat fase lepas landas, keduanya memiliki persamaan, tegas pihak Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok seperti dilansir Reuters.

Pengamat penerbangan Alvin Lie mengapresiasi upaya Ditjen Hubud yang segera mengeluarkan kebijakan larangan terbang sementara.

Dalam dua kejadian Boeing 737 Max-8, pesawat jatuh menukik tajam dari ketinggian 8.000 kaki. Interval waktunya pun kurang dari 15 menit setelah lepas landas. Apabila hasil investigasi penyebab kecelakaan Ethiopian Airlines mirip Lion Air PK-LQP JT 610, akan menjadi beban berat bagi Boeing, tutur Alvin.

Sementara itu, seorang korban pesawat Ethiopian Airlines ET-AVJ diketahui berkewarganegaraan Indonesia. Namanya Harina Hafitz.

Dia adalah staf World Food Program (WFP) PBB yang berdomisili di Roma, Italia. Dia bersama enam rekannya dari WFP dalam penerbangan menuju Nairobi, Kenya. Rencananya mereka menghadiri acara yang digelar PBB terkait pangan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menuturkan, jenazah Harina belum ditemukan hingga tadi malam. KBRI Roma terus berkoordinasi dengan KBRI di Addis Ababa dan WFP di Roma terkait pencarian hingga pemulangan jenazah, katanya. 

Editor : Ilham Safutra

Reporter : (han/sha/c10/oni)


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images