JAMBIUPDATE.CO, TEBO - Bangunan Kantor Pos yang berada di Kota Muaratebo, Kabupaten Tebo, masih tetap mempertahankan bentuk aslinya sejak dibangun pada tahun 1937 pada zaman Kolonial Belanda. Seperti apa ceritanya?
MUNASDI AHMAD, Tebo
Zaman terus berkembang begitupun bangunan yang terus mengikuti trend. Tidak saja gedung perkantoran yang bertingkat namun juga dilengkapi dengan berbagai teknolagi canggih yang menambah megahnya interior bangunan.
Namun lain halnya dengan Kantor Pos Kota Muaratebo. Kantor yang dibangun zaman kolonial Belanda saat ini masih kokoh berdiri dan terus difungsikan. Tidak hanya itu, hampir semua ornamen bangunannya masih asli dan terawat dengan baik. Bahkan terus dipertahankan keasliannya oleh pihak Kantor Pos.
Walupun hampir semua bangunan terbuat dari kayu, namun masih tetap utuh dan terlihat kuat bahkan tidak tampak ada bagian yang lapuk atau dimakan rayap. malahan semuanya masih terlihat kokoh walaupun sering diganti catnya.
Diakui Kepala Pos Muaratebo, Ali Basyar saat disambangi Jambi Ekspres, bahwa Kantor Pos Muaratebo bisa dibilang salah satu yang tertua di Provinsi Jambi. Walaupun demikian, katanya, kantor pos ini merupkan satu-satunya Kantor Pos yang masih mempertahankan bentuk asli sejak dibangun Tahun 1937 zaman kolonial Belanda.
"Hampir semua kantor pos di Jambi ini sudah dorenovasi, cuma tinggal kita yang masih mempertahankan bentuk aslinya, kita juga mungkin salah satu yang kantor pos yang tertua karena dibangun Tahun 1937 sampai sekrang masih utuh," ujar Ali Basyar.
Menurut Ali Basyar, walaupun tiang dan dindingnya dari kayu, namun kondisinya masih sangat kuat. Malahan tidak ada nampak tiang maupun dinding yang lapuk. Hal tersebut kata Ali Basyar karenan bahan bangunan Kantor Pos Muaratebo berasal dari Kayu Kulim dan Sapat yang sudah tua sehingga sangat kuat dan sulit dimakan rayap.
"Ini semua kayunya masih kuat dan bagus, kalau tiang dari kayu kulim, sedangkan dindinya dari kayu sapat, sehingga bisa tahan walaupun sudah berusia 82 tahun," terang Ali Basyar.
Bangunan yang bergaya kolonial dengan dinding papan bersusun dan lubang angin besar diatasnya ditambah dengan dek yang tinggi sehingga saat melihatnya kita terasa kembali ke zaman Belanda. Tidak hanya bangunan kayunya yang masih dipertahankan keasliannya, namun ornamen dan perlengkapan yang masih asli dari zaman Belanda.
Salah satunya terlihat pada brangkas yang terletak dalam kantor. Brangkas yang berukuran 1 x 2 meter tersebut masih menggunkan pintu dari baja setinggi 1,5 meter dengan ketebalan sekitar 15 mm. Pintu baja tersebut masih kokoh berdiri dengan kuncinya yang masih asli. Begitu juga dengan rak-rak untuk berkas-berkas penting juga masih tetap asli dari zaman kolonial Belanda.
"Ini brangkas pintunya saja dari baja tebal, ini tidak pernah kita rubah, masih dalam bentuk asli begitu juga perlengkapan lainnya juga dalam bentuk asli, kalau tidak salah tebal besinya ini sekitar 15 mm," kata Ali Basyar.
Dirinya berharap bangunan bersejaah ini bisa dipertahankan keasliannya untuk melestarikan sejarah,"kita berhatap bangunan ini bisa tetap utuh dan terpilihara keasliannya, agar bukti-bukti sejarah perjungan bangsa kita hisa terpelihara" Harap Ali Basyar.
Hal senada juga disampaikan Salah satu Tokoh masyarakat setempat Amirullah (60) kepada Jambi Ekspres. Dirinya mengatakan bahwa saat ini hanya tinggal beberapa bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang masih kokoh berdiri. Selain pertokoan, juga masih kantor pos yang usianya berkisar 80 tahun.
"Kalau yang paling tua itu kantor pos, selain itu juga masih ada prtokoan di pasar Muara Tebo yang bangunannya masih dalam bentuk asli, ujar Amirullah.
Namun, kata Amirullah, sebagaian bangun pertokoan zaman kolonial Belanda itu mulai sepi saat pasar dipindahkan oleh pemerintah awal Kabupaten Tebo dibentuk sekitar tahun 2003, sejak saat itu deretan ruko atau pertokoan dengan bangunan khas zaman Belanda mulai terlihat sepi ditambah lagi masyarakat sudah mulai membangun ke arah jalan lintas.
"Mulai sepi itu pas pasar dipindah kan lokasinya ke dalam, selain itu juga masyatakat sekarang mulai membangunan mengarah ke jalan lintas , sehingga pertokoan itu mulai ditinggalkan, mungkin itulah penyebabnya bangunan lama itu tidak direnovasi karena kurangnya prosvek ke depan, kurang lagi ada masyarakat yang berbelanja di situ bahkan pertokoan itu tutup kalau malam hari, tuntas Amirullah.
Dengan kondisi seperti itu, bukan tidak mungkin bangunan bersejarah yang dibangun masa kolonial Belanda di Kabupaten Tebo ini dalam beberapa tahun ke depan akan hilang dimakan usia karena kurang dirawat dan terbaikan. (***)