iklan Ilustrasi. Foto : JPNN
Ilustrasi. Foto : JPNN

JAMBIUPDATE.CO, KOTAWARINGIN TIMUR - Satu-satunya sekolah dasar (SD) di Dusun Cemeti, Desa Satiruk, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, tidak ada gurunya. Padahal, ada 15 murid di sekolah itu.

Cemeti memang pantas disebut dusun terisolasi. Selain tak ada jalan darat dan harus ditempuh lewat sungai, dusun itu juga tanpa listrik dan telepon.

Memang dulu ada guru yang ditugaskan dari Dinas Pendidikan Kotim. Tapi karena tak betah, dia pun minta pindah.

Untuk membantu mendidik anak-anak di tempat itu, warga memberi upah Rp500 per bulan kepada seorang sukarelawan. Dia adalah warga setempat juga yang hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP).

Hal ini terungkap dari kunjungan anggota DPRD Kotawaringin Timur H Rudianur ke Dusun Cemeti Sabtu (16/3) lalu.

"Setelah ditinggalkan guru pengajar, sekitar satu tahun ini SD Cemeti tersebut sekarang tidak memiliki guru. Sebagai penggantinya, ada satu guru sukarelawan yang hanya lulusan SMP dan digaji oleh warga dusun sebesar Rp500 ribu per bulan," kata Rudianur.

Rudi mengaku dari informasi warga, sebelumnya ada guru honor dan guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di sekolah tersebut. Tapi mereka tidak betah untuk mengajar di sana dan minta pindah tugas ke daerah lain.

"Para guru yang bertugas di daerah itu tidak betah, karena Dusun Cemeti berada di tepi pantai dan daerah terpencil, terisolasi serta hanya dapat ditempuh melalui jalur sungai dengan memakan waktu empat jam dari Samuda," kata ketua Komisi II DPRD Kotim ini.

Politisi Partai Golkar ini juga mengatakan, saat ini SD tersebut memiliki 15 murid. Mereka adalah anak para nelayan setempat. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur melalui Dinas Pendidikan agar menugaskan guru untuk mengajar di sekolah tersebut.

"Kami meminta pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan agar menugaskan guru di dusun tersebut. Karena anak nelayan di daerah itu juga sangat membutuhkan pendidikan yang layak," harapnya.

Rudi menambahkan, Dusun Cemeti itu selain terisolasi, juga belum dijangkau jaringan telekomunikasi, serta tidak ada penerangan listrik dan hanya dihuni 27 kepala keluarga (KK). Semuanya berprofesi sebagai nelayan.

 

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur Suparmadi membenarkan SD di Dusun Cemeti itu tidak ada guru. Itu merupakan sekolah kunjung dari sekolah di Desa Satiruk. Untuk pengawasannya berada di bawah sekolah Desa Satiruk.

"Dulunya memang ada guru yang kami tugaskan di sekolah itu. Tetapi guru tersebut tidak betah lalu minta pindah. Saat ini kami sedang mencari penggantinya, dan belum ada yang mau ditugaskan di sana. Kalau ada yang bersedia ditugaskan di sana akan kami angkat sebagai guru honor langsung," ujarnya. (bah/ens)


Sumber: www.jpnn.com

Berita Terkait