iklan Diskusi publik bertema “Visi Capres-Cawapres Menjawab Tantangan Ekonomi” di Cikini, Kamis 11 April 2019. Foto : Ist
Diskusi publik bertema “Visi Capres-Cawapres Menjawab Tantangan Ekonomi” di Cikini, Kamis 11 April 2019. Foto : Ist

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Rosdiana Sijabat mengatakan, tantangan pembangunan ekonomi ke depan sangatlah berat, karena dua factor internal dan eksternal.

Faktor eksternal adalah terjadi pelambatan kinerja ekonomi kawasan. Amerika dan China sibuk perang dagang. Eropa masalah dengan pasar keuangan. Sedangkan di Asia Tenggara terjadi pelemahan permintaan barang dan jasa.

"Perekonomian global akan menekan perekonomian kita. Jadi siapaun nanti yang terpilih, bagaimana meningkatkan aktivitas ekonomi dari sisi rumah tangga," katanya dalam Diskusi publik bertema Visi Capres-Cawapres Menjawab Tantangan Ekonomi di Cikini, Jakarta, Kamis (11/4).

Menurut dia, kondisi perekonomian secara global akan berdampak bagi Indonesia. Siapapun nanti yang terpilih pasti akan menghadapi tantangan cukup berat.
Sebab, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2018 sekitar 5,2 sampai 5,3 %. Target pertumbuhan pemerintahan Jokowi cukup optimis, 7 %, tapi semua pertumbuhan ekonomi global melambat.

Amerika saja pertumbuhan ekonomi 2,9 %. Beruntung Indonesia tidak terlalu buruk, tapi juga tidak terlalu baik. Singapura 3 %. Vietnam dan Kamboja mampu mencapai 6 %.

"Pertumbuhan 5,2 % angka yang patut disyukuri untuk perekonomian yang sedang sepi. Faktor eksternal tidak bisa 100 kita atur," ujar Rosdiana.
Adapun catatan untuk Jokowi ke depan adalah, jika sekarang secara kasat mata lebih banyak positif daripada negatif. Ada yang negatif, tapi bukan di fundamental perekonomian.

Pada kesempatan yang sama Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Maruf, Usman Kansong, menuturkan, pertumbuhan ekonomi 5 %. Jika dibandingkan target memang lebih rendah.

"Tapi kalau melihat perekonomian global 5,2 % sudah alhamdulillah," kata Usman, yang juga menjadi narasumber diskus publik bertema Visi Capres-Cawapres Menjawab Tantangan Ekonomi.

"Ekonomi itu kan membandingkan. Dibandingkan negara G20, kita di nomor 3 setelah Tiongkok dan India. Kenapa dibandingkan dengan G20, karena size ekonominya besar," imbuhnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, trend pertumbuhan ekonomi sejak pemerintahan SBY sudah turun. Tahun 2010 sekitar 6,38 %, tahun berikutnya turun 6,17 %, tahun 2012 sekitar 6,03 %, tahun 2013 turun ke 5,58 %.

"Tahun 2014 Pak Jokowi dikasih angka pertumbuhan ekonomi 5,02 %. Jadi, memang cenderung turun. Tapi setelah itu, ekonomi tumbuh terus, inflasi terjaga, daya beli seimbang," tukasnya.

Jika harga terlalu murah, kata dia, yang akan dirugikan produsen. Begitu juga harga mahal, yang dirugikan konsumen. Maka dari itu harus ada keseimbangan.
"Di program Jokowi, keseimbangan itu disembut tata kelola pembangunan ekonomi. PKH salah satu upaya untuk menstabilkan daya beli," sebut Usman.
Lantas bagaimana solusinya? Tinggal bagaimana cara memberikan subsidi, apakah mensubsidi orang atau barang. Jika subsidi barang bisa salah sasaran.
Dia memberikan contoh, subsidi BBM di pemerintah sebelumnya yang mendapat keuntungan orang kaya. Sekarang, Jokowi subsidi ke orang, sehingga tidak salah sasaran yang digunakan untuk keperluan tertentu.

"Ini yang kami sebut keadilan ekonomi. Kesenjangan ekonomi turun karena ada program dana desa, ada PKH, BBM satu harga, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat," katanya.

Demikian Reforma agraria lanjut dia, juga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Salah satu sumber ekonomi adalah tanah, dengan tanah orang bisa bikin sawah atau usaha lainnya. "Jadi kemandirian ekonomi kita sudah cukup baik sekarang," sebut dia.

Upaya lain untuk kemandirian ekonomi adalah dengan mengambil alih saham Freefort, Blok Mahakam sekarang 100 % milik Pertamina. Itu indikator kemandirian ekonomi. Yang paling penting stabilitas, kalau pertumbuhan terlalu tinggi, pada satu titik juga akan kepanasan.

"Pak Jokowi mendorong dari konsumsi ke produksi. Bagaimana kita bisa mendistribusikan hasil pertanian kalau tidak ada infrastruktur yang baik," ulasnya.
"Infrastruktur disiapkan kalau suatu ketika kita menghadapi pertumbuhan ekonomi luar biasa, kita sudah siap. Tiongkok pertumbuhan ekonomi tinggi karena pembangunan infrastruktur sangat massif," tambahnya.

Tak hanya itu, pembangunan rumah untuk masyarakat tidak mampu sudah lebih dari 1 juta unit. Kartu Pra Kerja untuk mencetak entrepreneur, pelatihan, juga disiapkan revitalisasi industri manufaktur.

Selain itu, juga angka penggangguran menurun menurut BPS. Masih ada pengangguran, tapi jumlahnya turun. Sembako murah untuk orang tidak mampu, Presiden mensubsidi orang miskin.

"Semua bebas bicara. Tapi saya ingin sampaikan Jokowi sudah mencapai kemajuan ekonomi. Itu patut diapresiasi. Masyarakat mengapresiasi itu," sebut Usman.

Berdasarkan hasil survei, masyarakat puas dengan kinerja Jokowi. Tentu ada berbagai persoalan, tapi ini semua akan diperbaiki di periode berikutnya.
"Industri manufaktur kita berdayakan, energi baru terbarukan kuta bangun. Pembangunan kita sudah on the track," tutupnya.

Berbeda halnya disampaikan Juru Debat BPN Prabowo-Sandi, Muhammad Iqbal. Dia mengtakan, Jokowi dulu berjanji pertumbuhan ekonomi 7 persen, tapi target itu gagal. "Pak Prabowo akan mengurangi kebocoran anggaran dan akan meningkatkan pendapatan, bagaimana kita bebas utang," ujar Iqbal.
Sekarang, kata dia masyarakat menghadapi ekonomi berat, peluang kerja susah. "Prabowo-Sandi dalam 100 hari kerja akan menurunkan tarif listrik, menaikkan daya beli, pendapatan 8 juta ke bawah bebas pajak," sebutnya optimis.

Sementara itu, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif EmrusCorner, Emrus Sihombing, menanggapi persoalan hutang. Menurutnya, tidak ada pemerintahan yang tidak berutang. Semua membuat utang.

Hanya saja sejauh mana utang digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk korupsi. Jangan menggunakan kekuasaan untuk koruptif, sehingga utang tidak digunakan dengan baik.

"Saya berpendapat, tidak ada yang tanpa utang. Kalau utang digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, saya kira tidak masalah," cetusnya.
Masalahnya sekarang, kata Emrus acap kali politikus menjanjikan angin surga yang tidak terukur. Soal angka pengangguran misalnya, sejauh mana angkanya menurun. "Saya kira politisi tidak masuk konsep yang terukur," ujarnya.

Prabowo menurut dia tidak cukup hanya mengkritisi, tapi harus menawarkan konsep atau loncatan luar biasa yang tidak terpikirkan orang. Misal, menekan korupsi dengan menarik inspektorat menjadi di bawah presiden, sehingga punya kekuatan untuk mengontrol.

"Soal ekonomi yang tidak tercapai. Menurut saya, pertumbuhan ekonomi sudah luar biasa 5 %, karena di sisi lain ada pembangunan infrastruktur dan faktor eksternal," paparnya.

Oleh karena itu, pesan dia untuk masyarakat sebelum memilih, lihat programnya calon, lihat rekam jejaknya, lihat history of life-nya, lihat kehidupan sehari-hari dan keluarganya. "Karena ini akan mempengaruhi dia dalam memimpin," pungkasnya. (*/yud)


Berita Terkait



add images