iklan Warga Riau tiba di Medan, Kamis (19/9/2019).
Warga Riau tiba di Medan, Kamis (19/9/2019). (Istimewa)

JAMBIUPDATE.CO, MEDAN-Bencana asap akibat pembakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, membuat sebagian warganya memilih meninggalkan lokasi dan hijrah ke provinsi lain.

Seperti yang dilakukan Yehezkiel (33), Warga Desa Karya Tunas Jaya, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, bersama istri dan bayinya yang masih berusia 8 bulan tiba di Medan, Kamis (19/9/2019).

Yehezkiel termasuk beruntung karena memiliki keluarga Medan, hingga tak perlu menunggu waktu lama untuk meninggalkan tempat tinggal yang sudah terpapar asap pekat yang membahayakan kesehatan.

Bahkan, anaknya, Yoselin, kesehatannya menurun karena menghirup udara tak sehat. Nasib serupa, katanya juga menimpa anak-anak dan warga yang masih bertahan di Riau. “Banyak anak-anak di sana yang mulai sakit. Sakit kepala dan mual-mual,” ujarnya.

Dia mengatakan rela menempuh perjalanan darat selama belasan jam demi ke Medan. “Mertua saya tinggal di Medan,” timpalnya.

Yehezkiel mengatakan kemungkinan akan menetapa di Medann selama tiga minggu sembari menanti kondisi di Riau pulih.

Akibat asap di Riau itu juga terlihat peningkatan jumlah penumpang di pool-pool bus di sekitar SM Raja Medan.

Beberapa penumpang yang turun dari bus pun terlihat masih menggunakan masker.

Viktor Butar-butar, karyawan di salah satu pool bus di Jalan SM Raja, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas mengatakan kenaikan sejumlah 10 persen. Padahal biasanya, penumpang naik pada jelang hari-hari besar seperti Hari Raya dan Natal.

Dia menjelaskan, berdasarkan laporan dari supir bus, akibat asap membuat jarak pandang menjadi pendek yang biasanya 200 meter, kini tinggal 50 meter. Sehingga supir harus berjalan lebih pelan. “Tentunya itu memengaruhi waktu tempuh yang biasanya 15 jam, kini jadi 16 atau 17 jam,” urainya. (cr-2/nin/pojoksumut)


Sumber: www.pojoksatu.id

Berita Terkait



add images