iklan M. Saeful Mustofa, pria yang sehari-hari bekerja sebagai satpam honorer di salah satu SMP di Tegal, Jawa Tengah.
M. Saeful Mustofa, pria yang sehari-hari bekerja sebagai satpam honorer di salah satu SMP di Tegal, Jawa Tengah. (Istimewa)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Raut bahagia terlihat di wajah M. Saeful Mustofa, pria yang sehari-hari bekerja sebagai satpam honorer di salah satu SMP di Tegal, Jawa Tengah, setelah mimpinya untuk memiliki rumah pribadi sudah terwujud.

Selama ini Mustofa bersama istri dan anaknya masih menumpang tempat tinggal dengan mertuanya. “Ada rasa enggak enak juga numpang di rumah orang tua istri, makanya saya pengen banget punya rumah supaya bisa boyong keluarga di sana,” kata Mustofa.

Namun sayangnya, kondisi ekonomi keluarganya yang terbatas membuat Mustofa harus mengubur keinginannya tersebut dan keinginan untuk membangun atau membeli rumah baru sebatas impian belaka.

Satpam yang baik dan dicintai keluarga dan murid sekolah

Sebelum menjadi satpam honorer di Tegal, Mustofa sempat bekerja di Jakarta. Namun kerinduan akan keluarga mengharuskan ia kembali ke kampung halamannya dan bekerja sebagai satpam di SMP Negeri 2 Dukuh Turi, Tegal dengan gaji sebesar Rp. 350.000,- perbulannya.

Kondisi Mustofa bahkan membuat sang kepala sekolah di tempatnya bekerja iba, dan menambahkan pekerjaan pada mustofa sebagai penjaga sekolah sehingga gaji yang diterimanya menjadi Rp. 700.000,- per bulan.

Menurut siswa dan siswi di sekolahnya, Mustofa merupakan satpam yang sangat baik. “Dia orangnya baik, kalau satpam di sekolah lain itu kan biasanya serem ya tapi dia enggak,” ujar salah seorang siswa.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan juga sebagai tambahan penghasilan, istri Mustofa juga berjualan di kantin sekolah. Sang ibupun merupakan orang yang baik di mata para siswa, “Ibu kantinnya juga baik, kalau ada makanan yang gak habis biasanya di bagi bagi ke kita,” kata seorang siswa.

Pengorbanan demi keluarga

Mustofa yang kesehariannya selain menjaga keamanan sekolah, dia juga setiap pagi harus menjadi petugas yang menyeberangkan siswa ke sekolah. Tak jarang, karena tugas sebagai tenaga pengamanan sekolah membuatnya harus siap tidak tidur hingga pagi, sementara pukul 06.00 Saeful harus sudah siap kembali menyeberangkan anak-anak sekolah. Terkadang ia pun sering terlambat menyeberangkan anak-anak sekolah tersebut karena kecapaian atau tertidur. Rutinitas yang melelahkan ia jalani dengan ikhlas, namun urusan untuk memenuhi kebutuhan keluarga tetap menjadi prioritasnya.


Berita Terkait



add images