JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina akan terus berlanjut hingga tahun depan. Sebagai antisipasi, ada tiga starategi yang akan dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartato.
Airlangga mengatakan, pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui transformasi struktural untuk memperkuat permintaan domestik dan kinerja perdagangan internasional.
Kemudian, lanjut, Airlangga, pemerintah menjaga stabilitas ekonomi makro dengan menjaga harga domestik dan nilai tukar pada tingkat yang stabil dan kompetitif. Selanjutnya, meningkatkan inklusivitas dan ekonomi yang berkelanjutan.
“Permintah juga akan fokus pada peningkatan daya saing, sehingga bisa keluar dari garis kemiskinan dan mendorong pembangunan manusia,” ujar Airlangga di Jakarta, kemarin (21/11).
Dengan strategi tersebut, Airlangga meyakini pertumbuhan ekonomi akan tumbuh di kisaran 5,3 persen sampai 5,6 persen di tahun depan. Menurut dia, angka tersebut bisa di atas 5 persen bila didukung oleh investasi dan ekspor.
“Tahun depan diperkirakan investasi akan meningkat sebesar 7,0 persen sampai 7,4 persen. Sedangkan ekspor juga akan naik di angka 5,5 persen smapai 7,0 persen,” kata Airlangga.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga akan didukung oleh sektor industri yang diprediksi akan meningkat antara 5,0 persen sampai 5,5 persen.
“Pemerintah juga tengah menyiapkan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, yang bertujuan untuk semakin menyederhanakan proses perizinan,” tutur Airlangga.
Ekonom BCA, David Sumual memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan menguat tahun depan karena melihat struktur ekonomi Indonesia saat ini. Struktur ekonomi yang dimaksud adalah konsumsi rumah tangga yang meningkat.
David menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berada di rentang 5 persen sampai 5,2 persen. Ya meski di tengah kondisi ekonomi global saat ini, asalkan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 5 persen, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih dari 4,6 persen.
“Jadi harus timbul kepercayaan agar konsumsi rumah tangga tetap kuat. Kita harus jaga di situ karena kekuatan Indonesia di konsumsi domestik,” katanya.
Ekonom sekaligus Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, Febrio Kacaribu memperkirakan pertumbuhan ekonomi serupa, di rentang sekitar 5,0 persen-5,2 persen tahun depan.
“Pemerintah juga harus menarik investasi ke dalam negeri. Investasi diperlukan karena saat ini hingga beberapa tahun ke depan ekspor Indonesia masih lesu karena perlambatan ekonomi global,” ujar Febrio.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor kontraksi pada kuartal III/2019 menjadi 0,02 persen dari tahun lalu periode yang sama 0,08 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sementara itu untuk impor, tercatat kontraksi terdalam dengan nilai pertumbuhan -8,61 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama periode 2018 tercatat 14,02 persen (yoy).
(din/fin)
Sumber: www.fin.co.id