iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (fin)

Ketua Junior Doctor Network Indonesia, dr. Andi Khomeini Takdir Haruni mengungkapkan bahwa anak yang terpapar asap rokok (perokok pasif) akan lebih rentan mengalami asma, alergi, infeksi telinga, dan eksim. Untuk bayi, bisa mengalami Sudden Infant Death Syndrom (SIDS). “Sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal dalam satu kotak yang sama, yakni berkisar 10 meter persegi yang diisi oleh 5 – 10 anggota keluarga. Jika ada anggota keluarga yang merokok, alhasil yang mereka hirup adalah tujuh ribu bahan kimia, dan 250 di antaranya adalah bahan kimia berbahaya,” jelas dr. Andi.

Seorang ibu, yang merokok juga akan memengaruhi bayi yang lahir dari rahimnya. Bayi yang lahir akan berukuran lebih kecil dari ukuran bayi pada umumnya. “Bayi yang terpapar asap rokok juga akan mengalami keterlambatan pada tumbuh kembangnya,” lanjut dr. Andi.

Salah satu anggota Forum Anak memberi masukan agar para anggota Forum Anak menyadarkan anggota keluarga masing – masing untuk tidak merokok.”Semua dimulai dari keluarga, karena dengan tidak adanya perokok aktif, maka tidak akan ada perokok pasif. Selain itu, kami ingin mendorong pemerintah daerah untuk melakukan aturan larangan merokok, dan mengajak teman-teman sebaya untuk memanfaatkan uang untuk membeli rokok agar ditabung,” ujar salah satu anggota FA.

Dalam workshop tersebut, para peserta FA juga mendapatkan tips dari Influencer, Wildanshah untuk memperkuat peran FA dalam menggerakan masyarakat agar tidak merokok dan peduli kesehatan reproduksi melalui kampanye di media sosial. “Dalam membuat konten media sosial, sebisa mungkin teman-teman FA harus memmastikan bahwa narasi yang dibangun kuat dan konsisten, dapat ditiru atau dikembangkan oleh netizen, relevan sesuai situasi dan kondisi, dan tak kalah penting dapat menggugah emosi dari netizen untuk melakukan pesan yang teman – teman FA sampaikan,” tutur Wildan Shah.


Berita Terkait



add images