Materi UN, kata dia, juga terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi.
“Ini sudah menjadi beban stres antara guru dan orangtua. Karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu,” katanya.
Padahal, lanjut Nadiem, semangat UN adalah untuk mengasesmen sistem pendidikan. Baik itu sekolahnya, geografinya, maupun sistem pendidikan secara nasional.
Nadiem menjelaskan, UN hanya menilai satu aspek, yakni kognitif dan tidak menyentuh aspek kognitif. UN belum menyentuh karakter siswa secara lebih holistik.
(one/pojoksatu)
Sumber: www.pojoksatu.id