iklan Penjaga sekolah menggunakan semprotan pembasmi serangga untuk menghalau serangan ulat bulu.
Penjaga sekolah menggunakan semprotan pembasmi serangga untuk menghalau serangan ulat bulu. (Andri Wiguna/Radar Cirebon)

Secara langsung, tidak ada pengaruh, baik itu ke badan atau bagian tubuh lainnya yang pada umumnya akan terasa gatal jika bersentuhan dengan ulat. Yang parah, ulat-ulat tersebut juga terlihat bergelantungan di benang-benang yang keluar dari tubuhnya. “Memang siklusnya rutin. Paling lama serangan ini dua minggu atau menunggu daun jati habis dimakan ulat. Kalau daunnya hilang, otomatis hilang juga ulatnya,” bebernya.

Sementara itu, pegawai SLB lainnya yang ditemui Radar, Yatno, mengatakan ia dan beberapa rekannya sudah berkali-kali membersihkan bagian bangunan yang diserang ulat sejak serangan pertama kali yang terjadi beberapa hari yang lalu. Sudah lebih dari lima kali dibersihkan, bahkan disemprot dengan pestisida, ulat-ulat hitam tersebut tetap datang lagi dan jumlahnya semakin banyak.

“Sekali semprot itu kita habiskan tiga botol. Kurang lebih harga pestisidanya total Rp70 ribu. Kita pakai biaya sendiri. Biasanya yang disemprot mati, tapi tak lama datang lagi karena di atas pohon rupanya masih banyak,” katanya.

Ia menduga semakin masifnya serangan ulat pohon jati tersebut terjadi karena semakin sedikit predator ulat-ulat tersebut karena berbagai alasan, salah satunya diburu manusia. “Predator aslinya kan burung. Populasi burungnya mungkin terus berkurang sampai akhirnya sekarang semakin parah serangannya dalam tiga tahun terkahir,” tambahnya.

Selain menyerang wilayah Lemahabang, ulat-ulat tersebut diketahui juga menyerang wilayah lainnya seperti Palimanan dan Gempol. Bahkan sejumlah warga yang sering melintasi Jl Cipeujeuh Wetan hingga Desa Belawa juga diteror ulat hitam tersebut karena di lokasi sepanjang jalan tersebut banyak pohon jati.(dri)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait