Selain Cilacap dan Bontong, Nicke juga menyatakan bahwa proyek kilang lain, seperti GRR Tuban terus berjalan. Enginering Procurement and Construction (EPC) sudah berjalan. Reklamasi lahan untuk proyek ini pun sudah dilakukan, dan masih memerlukan tambahan lahan seluas 200 hektare.
Sementara untuk RDMP Balongan, Nicke mengatakan bahwa proses front-end engineering design (FEED) dan EPC akan dilakukan bersamaan. Dengan itu, pengerjaan proyek ditargetkan bisa selesai lebih cepat sekitar 14 bulan atau 18 bulan.
“Jadi kalau sebelumnya direncanakan tahap 1 selesai di akhir 2023, dengan skema yang sekarang kita lakukan akan selesai pertengahan 2022,” jelasnya.
Terpisah , Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman memastikan kedua belah pihak kini tengah dalam diskusi lebih lanjut pasca kesepakatan soal skema pengembangan kilang. “Ya, masih dibahas terus diskusi untuk opsi tolling fee seperti di (Kilang) Balikpapan,” kata Fajriyah kemarin (26/12).
Saat ini, lanjut dia, contract award untuk pengerjaan awal telah dilakukan. Adapun pengerjaan awal termasuk di dalamnya soal penyiapan lahan.
Sayangnya, Fajriyah masih enggan merinci soal kelanjutan proyek ini. “Kalau itu pasti segera ya. Kepastiannya nanti akan disampaikan bila sudah firm,” tandas Fajriyah seraya menyebut Pertamina juga masih membahas terkait dengan kemitraan di proyek kilang Grass Root Refinery (GRR) Bontang.
(dim/fin/ful)
Sumber: www.fin.co.id