iklan Staf medis yang mengenakan pakaian pelindung untuk melindungi diri dari virus corona Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Wuhan, kemarin.
Staf medis yang mengenakan pakaian pelindung untuk melindungi diri dari virus corona Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Wuhan, kemarin. (AFP)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Mewabahnya virus corona di beberapa negara hingga menewaskan ratusan orang itu berdampak pada sektor keuangan Indonesia.

Virus corona pertama kali mewabah di Wuhan, Cina, pada Desember lalu. Para pejabat negara menyebutkan virus corona mungkin berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan.

Direktur CORE Indonesia, Pieter Abdulah mengatakan, sampai saat virus corona belum terlalu berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Meski begitu, pemerintah harus melakukan antisipasi agar jangan sampai kecolongan virus corona masuk ke Indonesia.

“Kalau penyebaran virus terus meluas, tidak tertangani maka kekhawatiran akan semakin besar. Jadi dampaknya akan lebih besar. Apalagi, China adalah partner besar,” katanya, kemarin, (28/1).

Saat ini, kata dia, virus corona telah memukul sektor keuangan, yakni terjadinya pelemahan Rupiah. Sementara untuk sektor riil belum terlihat.

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Senin (27/1) melemah 0,24 persen ke level Rp13.615 per dolar AS. Rupiah dan mayoritas mata uang Asia melemah akibat sentimen virus corona.

“Saat ini di sektor riil belum terlalu berdampak, sekarang kekhawatiran investor lebih pada ke pasar keuangan, pasar modal sudah terdampak nengatif, tapi kalau berlarut bisa masuk ke sektor riil, maka ekspor akan terpengaruh negatif, daya beli masyarakat turun,” jelas dia.

Menurut dia, virus corona lebih parah ketimbang virus SARS yang sebelumnya melanda juga di Wuhan, Cina. Ketika itu, virus SARS menurunkan pertumbuhan ekonomi Cina 1 persen. Nah, apabila virus corona semakin meluas, maka diperkirakan penurunan ekonomi Cina akan besar.

“Kekhawatiran akan menurunkan permintaan global, hal ini bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia. Permintaan pasokan ke Indonesia akan turun,” ucap dia.

Dia melanjutkan, apabila virus corona berkepanjangan maka permintaa global akan dan turun dan komoditas akan tertahan sehingga mengarah kepada rebond. Kemudian, dampaknya ekonomi bisa negatif.

“Saat ini untuk impor dari Cina belum terpengaruh, karena yang diisolasi hanya Wuhan belum semua, kalau meluas di seluruh Cina baru ekonomi China benar-benar lumpuh, maka akan berdampak pada impor, apalagi ekspor,” katanya.

Ekonom Indef Rusli Abdulah menilai bila penyebaran virus corona kian masif maka pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa di bawah 5 persen. Sementara target pemerintah 6 persen.

Catatan dia, wabah SARS yang terjadi di Cina dan Hongkong pada 2003, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya terpangkas hingga 0,08 persen, sementara pertumbuhan ekonomi China tumbuh di angka negatif sebesar 1,07 persen dan Hongkong kontrasi hingga 2,53 persen (yoy).

Namun, keadaan perekonomian pada saat wabah SARS dan wabah virus Corona sekarang berbeda. Saat ini, Indonesia memiliki hubungan perdagangan yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia saat itu.

Oleh karena itu, dampak berhentinya roda perekonomian di Cina ketika dilanda virus corona bakal lebih besar dibandingkan dengan saat wabah SARS. “Kalau perekonomian terhenti maka akan berdampak pada ekonomi Cina secara keseluruhan sehingga ekspor kita akan melambat,” ujar Rusli.

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menyatakan, pihaknya akan mengantisipasi dampak dari virus corona terhadap perekonomian nasional.

“Kalau negara-negara maju pertumbuhannya lebih rendah itu berarti permintaan barang-barang dari Indonesia pasti menurun, artinya nanti akan tercatat itu di ekspor kita turun,” ujar Suahasil.

Sebagai informasi, Cina merupakan negara dengan kontribusi terbesar terhadap ekspor dan impor Indonesia pada tahun lalu.


Berita Terkait



add images