Namun di luar itu, kata dia, Brexit bisa menjadi peluang. Piter menjelaskan, bahwa pasca Brexit Inggris akan berupaya keras untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari Brexit. Inggris akan Inggris akan mengurangi ketergantungannya kepada UE dan meningkatkan hubungan dagangnya dengan negara-negara non Eropa.
“Nah, pelaung ini Indonesia harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin. Salah satunya menjadikan Inggris pasar bagi produk-produk Indonesia termasuk di antaranya produk turunan sawit yang didiskriminasi oleh UE,” tutur dia.
Saran dia, Pemerintah Indonesia agar gencar mendekati Inggris dalam soal CPO. Selain itu, Inggris juga akan kekurangan tenaga kerja.
“Ada peluang Inggris mengambil kebijakan yang berbeda dengan Eropa terkait CPO. Inggris juga kemungkinan akan kekurangan tenaga kerja. Dalam hal ini, Indonesia harus memanfaatkan peluang ini,” ujar dia.
Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Onny Widjanarko mengatakan, Brexit bukan hal yang perlu dikhawatirkan sebab ada peluang yang bisa dihasilkan dari sisi perdagangannya.
“Tentu (ada manfaatnya), justru kita melihat bahwa (keadaan) Brexit ini, harus membangun semua hubungan perdagangannya dengan banyak negara kembali. Jadi hal ini juga merupakan peluang bagi Indonesia atau negara-negara yang selama ini secara konvensional berdagang dengan Uni Eropa,” ujar Onny.
Onny mengatakan, selain Brexit, ada dua geopolitik dunia yang juga menimbulkan rasa khawatir pada ekonomi Indonesia, di antaranya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Cina, serta risiko geopolitik AS dengan Iran. Sehingga ia mengimbau untuk selalu waspada pada ekonomi dunia.
Seperti diektahui, per 31 Januari 2020 pada pukul 23.00 GMT, Inggris telah resmi meninggalkan Uni Eropa. Ya Brexit telah sah, setelah itu masa transisi akan segera diberlakikan selama 11 bulan. Selama transisi berlaku, peraturan UE diwajibkan dipatuhi oleh Inggris.(din/fin)
Sumber: www.fin.co.id