iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (it)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Jangan mengambil tindakan gegabah memulangkan eks kombatan ISIS asal Indonesia. Jangan sampai wacana pemulangan itu justru mengorbankan 267 Juta Penduduk Indonesia.

Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai rencana pemerintah memulangkan 600 lebih eks kombatan ISIS asal Indonesia merupakan tindakan gegabah bahkan bisa membahayakan negara dan bangsa.

“Saya menilainya sebagai langkah gegabah dari pemerintah untuk memulangkan WNI yang sudah melepas kewarganegaraannya,” katanya di Jakarta, Minggu (9/2).

Wacana tersebut muncul, ditengarai merupakan desakan-desakan dari kelompok radikal.

“Riset saya di media sosial, hampir 90 persen bahkan lebih menolak kehadiran para anggota ISIS yang notabene kelompok teroris,” jelasnya.

Keputusan Presiden Jokowi yang menolak pemulangan mereka sudah tepat, sehingga tidak perlu kajian lagi dari pemerintah.

“Pemerintah harus ambil sikap menolak. Saya curiga ini merupakan pengalihan isu Harun Masiku dan virus corona. Kasus lain seperti Jiwasraya dan ASABRI jangan ditutupi dengan pemulangan eks-ISIS ini,” tuturnya.

Dijelaskannya, dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, sudah jelas mengatur bahwa apabila seseorang berperang dan menjadi tentara asing maka yang bersangkutan hilang kewarganegaraannya. Apalagi, mereka telah membakar paspornya.

“Lebih baik yang diperhatikan nasib tenaga kerja Indonesia di luar negeri, anak-anak terlantar, yatim piatu dan orang tua jompo ketimbang memulangkan kelompok ISIS ini,” kata Jerry.

Ia berharap pemerintah tidak mengorbankan 267 juta penduduk Indonesia ketimbang memulangkan 600 eks kombatan ISIS.

Terpisah, pengamat Intelijen dan Terorisme Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta menyebut ada agenda terselubung terkait rencana pemulangan eks kombatan ISIS.

“Harus diwaspadai Propaganda memulangkan eks kombatan ISIS. Ada agenda khusus dari pihak tertentu,” katanya.

Saat ini para pengungsi eks ISIS termasuk asal Indonesia berada di tiga penampungan, yaitu Al Roj, Al Hol, dan Ainisa di Suriah. Menurutnya, untuk mengurus dan membiayai para pengungsi akan memakan biaya yang sangat besar.

“Cara-cara propaganda dengan isu kemanusiaan dan HAM menjadi masuk akal, sehingga negara-negara yang menjadi asal dari eks kombatan ISIS tergerak untuk mengurus pengungsian. hasilnya beban bagi kamp pengungsian menjadi lebih ringan,” kata dia.

Dinilainya, jika pemulangan terjadi, maka sama saja dengan memindahkan sumber ancaman dari Timur Tengah ke Indonesia.

Terkait video pengakuan para eks kombatan ISIS merupakan cara untuk menarik minat negara asal mereka. Sandiwara dengan pengakuan dipaksa, dijanjikan sesuatu sehingga berangkat ke Timur Tengah tak perlu dihiraukan.

“Model play victim tersebut terjadi karena ISIS kalah di Timur Tengah,” tambahnya.(gw/fin)

 


Sumber: www.pojksatu.id

Berita Terkait



add images