Mulai Senin kemarin lock down Kota Chibi sudah dibuka. Lega. Penduduk Chibi sudah boleh keluar rumah. Sudah pula boleh bepergian ke mana-mana. Asal masih di dalam Kabupaten Chibi.
Itulah kemerdekaan pertama sejak Provinsi Hubei dikunci. Bukan hanya provinsi yang di kunci. Tiap Kabupaten/kotanya juga dikunci. Tiap kecamatannya juga dikunci. Tiap desanya dikunci. Tiap RT-nya dikunci. Tiap rumahnya dikunci.
Sudah dua bulan mereka seperti di dalam penjara di rumah mereka sendiri.
Sejak Senin kemarin mereka seperti – -Alhamdulillah– Karen Agustiawan, mantan Dirut Pertamina yang sempat dikuyo-kuyo itu. Yang namanyi sempat hancur itu. Ditahan dan dipenjara itu. Akhirnya Mahkamah Agung membebaskannyi.
Meski tidak ada bunga sakura atau chery di rumahnyi, tapi kelegaannyi pasti bisa seperti penduduk Chibi.
Musim semi benar-benar telah tiba di Kota Chibi.
Sakura dan chery membuat indah dunia baru Chibi pasca virus Corona.
Doa kita kini untuk Italia bagian utara. Yang juga mengadopsi cara Tiongkok: mengunci kawasan Lombardi –berisi 21 provinsi, termasuk Milan dan Venesia.
Bahkan sejak kemarin seluruh Italia sudah dikunci. Besarnya Italia kira-kira sama dengan satu propinsi Hubei.
Tiongkoklah yang kini justru khawatir terbalik: virus yang pernah mereka ”ekspor” itu akan masuk lagi ke Tiongkok.
Tiongkok memang babak belur akibat virus Corona. Ekonominya merosot. Muncul pula sikap rasialis di banyak tempat. Pemuda Singapura pun dikira Tiongkok dan dipukuli di Inggris –dianggap pembawa virus.
Menlu Amerika Serikat, Pompeo, tidak mau menyebut nama resmi virus itu. Tidak mau juga menyebut itu virus Corona. Ia menamakannya virus Wuhan.
Barat kini memang waspada plus curiga. Mereka pun mulai ada yang membuat meme: ”kematian kita pun kini Made in China”. (Dahlan Iskan)