iklan Kementerian BUMN.
Kementerian BUMN. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku kecewa atas proyek pembangunan jalan dimonopoli oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga anak-anak dan cucu perusahaannya.

Tidak hanya itu, anak cucu BUMN bahkan memborong semua pengadaan bahan baku seperti pasir dan semen sehingga pihak swasta sama sekali tidak dilibatkan.

Bahlil mengambil waktu menjadi pengusaha, BUMN atau memenangkan yang memenangkan konsesi untuk pembangunan jalan itu jarang sekali mengundang pengusaha-pengusaha daerah.

”Kadang-kadang pasirnya pun semennya pun diambil semua oleh anak perusahaan itu (BUMN), ini kita adil-adil saja,” ujar Bahlil dalam acara Market Sounding Proyek KPBU di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Rabu (11/3).

Maka itu ia meminta seluruh perusahaan BUMN agar tidak memborong semua proyek pembangunan jalan, dalam artian semestinya pengembangan pengusaha daerah. Terlebih lagi jika bahan baku yang diperlukan sudah tersedia di daerah tersebut.

”BUMN harus menjadi lokomotif pengembangan ekonomi untuk menarik saudari-saudari kita di daerah menarik besar sama-sama. Kalau bisa pasirnya, bahan lokal yang bisa diambil di situ, kasi pada pengusaha di situ, mau mereka juga bisa mendapat manfaat bermanfaat investasi pertanian di daerah mereka,” jelas Bahlil.

Bahlil berharap anak cucu BUMN tidak lagi menguasai proyek pembangunan jalan di masa mendatang. Demi pertumbuhan ekonomi. ”Kami sudah bersepakat dengan Menteri PUPR atas arahan bapak Presiden agar dapat memenangkan pemenang dalam melaksanakan kegiatan ini (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha / KPBU Pembangunan Jalan) wajib menggandeng pengusaha-pengusaha (swasta) lokal (negara) yang meminta persyaratan. -sendiri! Jangan (proyek) dikuasai oleh satu kelompok tertentu tetapi harus ada pemerataan! Sebab pemerataan pertumbuhan jauh lebih penting,” paparnya.

Lebih lanjut Bahlil mengundang BUMN yang pernah menunggak membayar subkontraktor untuk proyek infrastruktur hingga tiga tahun lamanya. Namun, ia enggan membeberkan identitas BUMN yang diminta. Kendati demikian, hal tersebut telah diadukannya langsung kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk ditindaklanjuti perusahaan tersebut.

”Dulu waktu saya jadi kontraktor, mohon maaf dengan segala hormat, ini saya sudah laporkan ke Pak Erick, ada BUMN yang menang (lelang proyek), lalu terima kasih subkontraktor kepada pengusaha lokal tapi tiga tahun nggak diterima,” ungkap Bahlil.

Untuk itu, Bahlil mempertanyakan peran dari BUMN itu sendiri. Bukannya memberdayakan pengusaha daerah malah kerap mengambil untung sendiri. “Jadi ini milikku BUMN ini mau menyelamatkan pengusaha lokal atau ada maksud lain di balik itu?” tuturnya. (dim/fin/ful)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images