iklan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani memberikan keterangan dalam rapat kerja (Raker) dengan Komite IV DPD RI di Ruang Rapat Komite IV Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani memberikan keterangan dalam rapat kerja (Raker) dengan Komite IV DPD RI di Ruang Rapat Komite IV Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (14/1/2020). (Iwan tri wahyudi/ FAJAR INDONESIA NETWORK)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat hingga akhir Februari defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) melebar menjadi sebesar Rp62,8 triliun atau setara 0,37 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit tersebut melebar 16,2 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp54 triliun atau 0,34 persen terhadap PDB.

“Defisit Februari 2020 mencapai 62,8 triliun,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat konferensi pers melalui live streaming, Rabu (18/3).

Bendahara negara itu menjelaskan, defisit tersebut berasal dari pendapatan tidak sebanding dengan belanja negara yang direalisasikan sampai akhir Februari 2020. Di mana pendapatan negara sendiri, mencatatkan pencapaian sebesar Rp216,6 triliun.

Adapun, lanjut dia, jumlah itu terdiri dari penerimaan perpajakan mencapai Rp178 triliun atau 9,5 persen dari target yang sebesar Rp1.865,7 triliun di APBN. Terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp152 triliun dan penerimaan bea cukai sebesar Rp25 triliun.

Sedangkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercatat sebesar Rp38,6 triliun atau 10,5 persen dari target yang sebesar Rp367,0 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja negara sendiri tercatat sebesar Rp279,4 triliun itu terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp161,7 triliun. Di mana belanja Kementerian Lembaga tercatat sebesar Rp83,9 triliun dan belanja non Kementerian Lembaga sebesar Rp77,8 triliun

Selain itu transfer daerah dan dana desa mencapai Rp117,7 triliun. Angka itu terdiri dari transfer ke daerah sebesar Rp 116,0 triliun dan dana desa sebesar Rp1,7 miliar.

Terpisah, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda sudah memprediksi akan terjadi defisit APBN mengingat wabah virus corona semakin meluas di Indonesia.

Sampai kemarin siang (18/3), korban meninggal kasus pandemi corona di Indonesia mencapai 227 orang. Dari jumlah itu 19 orang meninggal dunia, dan 11 orang dinyatakan sembuh.

Dilansir dari peta penyebaran Covid-19, Coronavirus COVID-19 Global Cases by John Hopkins CSSE, jumlah pasien yang sembuh tercatat sebanyak 80.840 orang. Sementara itu, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia telah mencapai 197.168 kasus dengan korban meninggal sebanyak 7.905 orang.

“Ya, pasti akan berkurang (defisit APBN melebar),” kata Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu (18/3).

Dia memperkirakan defisit APBN semakin melebar pada bulan Maret 2020 mendatang. Hal itu karena penyebaran virus corona terus terjadi di sejumlah kawasan di Tanah Air. Bahkan, setiap hari terjadi penambahan korban terinfeksi positif virus corona.

“Mungkin Maret ini akan semakin parah. Tapi ini sangat wajar mengingat kondisi sekarang ini,” ujar dia.

Namun dia mengingatkan, di satu sisi untuk menstabilkan perekonomian nasional memang penting. Tetapi jauh lebih penting menurut dia, pemerintah juga fokus memperhatikan keselamatan dan kesehatan masyarakat.

Hal itu, karena dianggap sejauh ini upaya pemerintah memitigasi virus corona belum menampakkan keberhasilan. Bahkan, pandemi virus corona kian bertambah.

“Bagi saya pribadi, masalah kesehatan menjadi fokus utama pemerintah saat ini. Kesehatan masyarakat harus dipandang sebagai investasi. Jika masyarakat sehat ekonomi juga akan kuat,” tukas dia.(din/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images