iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI–Siswa kelas XI SMA 1 Kota Jambi yang nekat melanjutkan Fieldtrip (kunjungan) ke kampus di daerah Jawa sebanyak 78 orang ini terpaksa di cek kesehatannya dan discanning suhu badannya di Bapelkes, Pijoan Muaro Jambi.

Jumlah penumpang itu terdiri dari siswa 63 orang (30 cewek dan 33 cowok), guru pendamping 5 orang, kru sopir 6 orang, serta kru tim leader pariwisata 4 orang. Mereka ini nantinya akan ditangani 15 orang tim medis dari tim terpadu satgas pencegahan dan penanggulangan corona.


Hal ini diakui oleh Jubir tim satgas pencegahan dan penanggulangan Corona Jambi Johansyah. Kata dia melalui koordinasi dengan tim satgas sudah dicek berapa lokasi yang pas untuk pemeriksaan siswa. “Hasilnya siswa akan dijeput dan diperiksa kesehatan di bapelkes, pijoan. Diperkirakan akan sampai pukul 05.00 (20/3) pagi,” sampai pria yang akrab disapa Johan ini.

Kata dia juga sudah disusun komunikasi dengan orang tua siswa untuk penjemputan bagi siswa yang tak diduga tak memiliki gejala terjangkit virus ini.

“Kalau mereka tidak ada indikasi terduga, ada ruangan steril yang disiapkan, selanjutnya jika mereka tak ada unsur itu mereka boleh pulang, kita juga sosialisasikan bagaimana penanganan siswa nantinya untuk isolasi dirumah jadi 14 hari karena tentu ada masa inkubasi itu, jadi tiap hari itu tetap laksanakan pemantauan, dan orang tua lakukan pos terdekat untuk update data tersebut,” jelasnya.

Untuk ruangan, kata Johan ada dua ruangan yang disiapkan. Yang pertama ruangan bagi siswa yang sudah diperiksa dan tak miliki gejala suspect (dicurigai) corona. “Kemudian juga jika sebaliknya, ada gejala mengarah ada satu ruangan yang disiapkan, dan ambulance sudah stand by di Bapelkes,” katanya.

Dinyatakan johan, dirinya mengharap para siswa tak terjangkit. Ini karena kata dia dari guru yang mendampingi fieldtrip ini menyebutkan anak masih sehat.

Untuk rute fieldtrip yang dikunjungi siswa kata Johan ada seperti Yogyakarta, Jakarta dan Jawa Barat, dan Malang. Sementara untuk kunjungan terakhir sendiri adalah ke Yogyakarta namun tak mengarah ke keramaian, dan mereka disebutkan gurunya langsung pulang ke hotel tak boleh kemana-mana.

“Tapi info yang kita dapat komite sekolah mengarahkan agar pihak sekolah tak kunjungi tempat keramaian, contoh di Yogyakarta tak boleh hadir di Malioboro dan hanya ke Gunung Bromo, tetap diarahkan dari jauh lokasi kunjungan, kemudian tetap minum air, cuci tangan, dan selalu diberikan info kesehatan dari jauh, karena anggota komite ada dokter dari Muaro Jambi,” sebutnya.

Ditanyakan, nantinya apakah siswa yang telah diperiksa akan termasuk golongan Orang Dengan Pemantaun (ODP), dikatakan Johan pihaknya tak bisa berandai-andai karena harus dilaui uji kesehatan dahulu. “Kalau sekarangkan tetap ODP semua mereka itu,” terangnya. (aba)


Berita Terkait