iklan
(Instagram fcsion)

JAMBIUPDATE.CO, SION – Klub Liga Super Swiss, Sion memecat sembilan pemain termasuk dua eks bintang Arsenal Alex Song dan Johan Djorou setelah menolak menerima bayaran usai pandemi virus korona menghancurkan keuangan klub-klub di seluruh Eropa.

Liga negara sebesar Jawa Timur itu dihentikan tanpa batas waktu. Pandemi juga menghambat kemampuan tim untuk mendatangkan pendapatan yang sangat dibutuhkan guna membayar staf dan skuat mereka.

Dilansir dari Kantor berita SDA dan jaringan televisi RSI, PHK massal juga diberikan kepada pemain pilar termasuk kapten Xavier Kouassi, Pajtim Kasami, Ermir Lenjani, Seydou Doumbia, Mickael Facchinetti, Christian Zock dan Birama Ndoye. Seluruh pemain dikontak langsung oleh Presiden FC Sion, Chrsitian Constantin pada Selasa silam melalui aplikasi WhatsApp. Isi pesan tersebut adalah permintaan kepada pemain untuk mendapatkan upah pengganti.

“Setelah pesan WhatsApp dibaca pada Rabu (19/3) pagi, Sebagian besar pemain menolak, namun nahas buat sembilan pemain di antaranya, manajemen langsung memecatnya,” tulis Kantor Berita SDA, Jumat (20/3).

Parahnya, info tersebut tidak diberitahukan secara langsung dan formal kepada para pemain yang dipecat. Kini, mereka berstatus tanpa klub dan masa depan kariernya makin tak jelas. Penolakan ini jelas ditolak karena uang pengganti yang dibayarkan hanya sebesar Rp197 juta. Jumlah tersebut dinilai sangat minim buat pemain profesional, terlebih FC Sion merupakan klub elit di Swiss.

Kendati pandemik masih menyebar, para pemain yang dipecat berang langsung menghubungi Persatuan Pemain Sepak Bola Swiss (SAFP). Dalam rilisknya, SAFP akan membawa kasus ini ke meja hijau. “Kami harap pemecatan tak bijaksana ini segera dibatalkan. Manajemen FC Sion dan para pemain yang bersangkutan diharapkan bisa mencari alternatif lain,” tulis SAFP dilansir dari Goal International.

Bukan hanya di Swiss, klub Ligue 1, Lyon juga membuat keputusan berat. Klub yang sukses tembus ke babak 16 besar Liga Champions tersebut memilih tidak membayar gaji pemain dan staf klub, usai Pemerintah Prancis memilih me-lockdown negara.

Berbeda dengan Sion, cara yang diambil Lyon lebih manusiawi. Para staf dan para pekerja Lyon berstatus pengangguran parsial. Mereka akan kembali bekerja saat situasi mulai membaik. “Lyon dengan berat memutuskan semua staf olahraga dengan status pengangguran parsial sampai pemberitahuan lebih lanjut,” tulis mereka dalam situs resmi klub.

Tidak hanya Lyon, sejumlah klub asal Prancis lain juga melakukan kebijakan serupa. Hal ini dilakukan demi meringankan keuangan klub. Lyon pun tidak menggaji para pemain. Seperti yang dikutip dari Fubo TV, Kantor akuntan KPMG telah menerbitkan sebuah studi yang mengindikasikan Ligue 1 akan kehilangan antara USD 320 juta- 427 juta jika musim tidak berlanjut hingga Juni mendatang. Dari jumlah itu, sejumlah klub juga kehilangan pendapatan mulai dari USD 160 juta hingga 213 juta dari sektor hak siar. (fin/tgr)


Berita Terkait