iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Jawapos)

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Ada usulan agar puasa diganti dengan fidiah saat pandemi Covid-19. Uang fidiah itu lantas dibagikan kepada fakir miskin. Ketua Majelis Ulama Indonesia Jatim KH Abdusshomad Bukhori sudah mendengar kabar yang ramai di Jakarta itu.

Menurut dia, ide tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan.

”Jangan jadikan pandemi korona sebagai alasan tidak berpuasa. Kalau untuk fakir miskin, bisa dengan zakat, infak, atau sedekah,” ujar Abdusshomad kemarin. Puasa tetap wajib meski dalam kondisi pandemi seperti ini. Sebab, situasi yang ada tidak menjadi halangan bagi warga yang tidak terjangkit Covid-19.

Ketua MUI Jatim tiga periode tersebut menambahkan bahwa yang bisa mengganti puasanya dengan fidiah juga tidak sembarang orang. Ada beberapa situasi yang memungkinkannya. Misalnya, para lansia, sakit keras, hingga ibu hamil atau menyusui yang harus makan untuk melindungi janin atau bayinya.

Selain itu, dia mengajak umat Islam untuk meresapi hikmah di balik pandemi global ini. Seumur hidupnya, pria berusia 77 tahun tersebut belum pernah mendapati situasi seperti ini. ”Ini barangnya tidak kelihatan, tapi bisa mengguncang seluruh dunia. Negara maju seperti Amerika saja kerepotan,” kata Kiai Somad, sapaan akrabnya.

Menurut dia, Covid-19 jadi pengingat bahwa kuasa Allah begitu besar. Seluruh dunia bisa terguncang cuma karena satu jenis virus itu. Apalagi sampai sekarang belum ditemukan vaksinnya.

Dia lantas menyerukan agar setiap orang bersabar. Misalnya, yang ada di surah Al Baqarah ayat 155-156. Yang artinya, ”Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Mereka adalah orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata innalillahi wa inna ilaihi raji’un”.

Selain itu, Kiai Somad menegaskan pentingnya mendirikan salat. Sebab, dia meyakini bahwa Indonesia bisa terselamatkan jika umatnya rajin menyucikan diri. ”Indonesia bisa selamat karena wudu,” ujarnya.

Terkait tarawih, dia berpendapat bahwa masjid yang memang berada di kawasan dengan persebaran tinggi diimbau untuk membatasi kegiatan. Namun, untuk wilayah yang tidak atau belum terjangkit bisa melaksanakan tarawih dengan protokol pencegahan yang ada. ”Harus pakai masker dan menerapkan satu pintu. Karena daerah seperti Bawean itu kan belum ada kasus, jadi bisa tetap beribadah dengan memperhatikan cara pencegahannya,” lanjutnya.

Dia juga menekankan agar umat tidak berlaku berlebihan saat pandemi. Pada awal Ramadan ini, biasanya banyak yang menghabiskan uang untuk berbelanja. ”Tidak perlu menimbun-menimbun itu. Seperti biasa saja,” katanya.(jawapos)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images