JAMBIUPDATE.CO, JAMBI – Mungkin ini menjadi Ramadhana paling kelam bagi banyak mahasiswa Jambi yang kini tersebar di beberapa wilayah zona merah Covid-19. Seperti yang dialami Muslikah, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jogjakarta ini mengaku, ia memilih untuk tidak pulang ke Rimbo Ilir Tebo dan menetap di Jogjakarta karena takut jika pulang hanya akan membawa bencana.
Muslikah tak sendiri, bersama 120 rekan mahasiswa asal Jambi lainnya, ia memilih bertahan di Jogjakarta sejak awal kampus diliburkan. “Di rumah di Tebo saya punya dua nenek dan dua kakek, saya tak pulang karena sayang dengan keluarga,” ujar Muslikah. Dalam acara Jambi Virtual Society yang dipandu Dona Piscesika ini, Muslikah mengaku harus menahan rindu berkumpul dengan keluarga untuk kebaikan bersama.
Muslikah yang juga Sekretaris Umum Keluarga Pelajar Jambi Jogjakarta ini mencatat, jumlah pelajar Jambi yang menempuh pendidikan di Jogjakarta ada sekitar 2000 orang, sampai 5 april kemarin 400 dari mereka telah tersebar di beberapa wilayah di Pulau Jawa, mengungsi di rumah sanak keluarga dan 120 orang masih bertahan di Jogja lalu sisanya sudah kembali ke Provinsi Jambi. Alasan bertahan juga beragam, karena takut menjadi carrier virus corona dan juga karena alasan biaya pulang.
Kondisi 120 mahasiswa yang terpantau ini semakin memprihatinkan ketika mereka mulai kesulitan mendapatkan bahan makanan untuk berbuka maupun sahur, beberapa pusat pertokoan dan adanya pembatasan keluar kos, menjadi penyebab utamanya. Untuk bertahan, rata-rata mahasiswa ini masih dikirimi uang oleh orangtua walau sebagian juga telah dikurangi uang belanjanya karena terdampak Covid-19. “Sekarang harga karet dan sawit kan turun, jadi kita juga bisa menerima kenyataan uang belanja kita dikurangi, lagipula aktivitas kampus juga sudah tidak ada,” lanjutya.
Sejauh ini memang ada bantuan dari beberapa kampus di Jogja yang mereka terima, namun Muslikah berharap, ia bersama teman-teman asal Jambi yang lain, bisa mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Jambi karena mereka juga belum tau kapan Covid-19 ini berakhir dan sampai kapan harus bertahan di Jogja. “Kami sudah pernah membuat surat terbuka kepada Gubernur, namun sepertinya memang belum ada tindak lanjutannya,” keluh Muslikah.
Menyikapi nasib 120 mahasiswa ini, Kepala Ombusman RI Perwakilan Jambi, Dr Jafar Ahmad, langsung merespon cepat. Ia menyebut, asrama dan tempat tinggal mahasiswa yang belum tersentuh perhatian pemerintah memang menjadi perhatian Ombudsman. “Tak hanya untuk adik-adik di Jogjakarta, dimana saja saat ini masih tertahan di luar Provinsi Jambi dan mengalami kendala atau masalah, bisa membuat laporan di nomer pengaduan, 0811-959-3737,” ujarnya.
Terkait nasib Muslikah dan pelajar asal Jambi lainnya di Jogja, sore ini pihaknya langsung menghubungi Perwakilan Ombudsman Jogjakarta. “Info dari Jogja, laporan terkait kondisi mahasiswa Jambi ini telah masuk ke kanal WA pengaduan mereka dan akan segera ditindak lanjuti, mereka juga telah kontak Sekda sebagai wakil sekretaris Gugus Tugas Jogja untuk menanyakan peluang mahasiswa ini untuk bisa mengakses bansos dan masih menunggu info lanjutannya, jadi ini sudah ditangani Ombudsman Perwakilan Jogja ya, untuk di Jambi tadi pihak kita sudah berkoordinasi dengan pj Sekda dan nama-namanya sudah dikirim, kita sedang menunggu respon,” lanjut Jafar. (dpc)