JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Remdesivir terbukti. Antivirus spektrum ini dinilai mampu mempercepat waktu pemulihan pasien yang terpapar Virus Corona (Covid-19). Ini dibuktikan dengan serangkaian uji coba di Amerika Serikat.
Obat ini obat mahal. Mengapa, karena belum diproduksi secara massal. Sejumlah ilmuan dan otoritas AS, masih terus berdiskusi. Setelah munculnya perbedaan pendapat. Apakah Remdesivir sudah layak diproduksi secara masif, ataukan menunggu hasil temuan dari negara lain.
Untuk diketahui, Remdesivir merupakan antivirus spektrum luas eksperimental yang dibuat oleh farmasi AS, Gilead Sciences. Pertama kali dikembangkan untuk mengobati Ebola, demam berdarah karena virus.
Ini menunjukkan hasil menggembirakan dalam studi primata pada tahun 2016. Kemudian dilanjutkan dengan percobaan yang lebih besar di Republik Demokratik Kongo.
Studi itu berakhir pada 2019. Nah, pada bulan Februari, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Amerika Serikat mengumumkan telah mengeluarkan remdesivir untuk menyelidiki SARS-CoV-2, patogen yang menyebabkan Covid-19.
Proses pengujiannya dengan hewan. Polanya sederhana, hewan disusupi coronavirus. Lalu dibandingkan dengan SARS dan MERS.
Lalu seberapa efektif?
NIAID mengumumkan hasil uji coba yang melibatkan lebih dari 1.000 orang pada hari Rabu (29/4). Hasilnya menggemberikan.
Seribu pasien yang mengalami gangguan pernafasan sembuh lebih cepat, dibandingkan mereka yang menggunakan plasebo. Presentasenya 31 persen lebih cepat untuk pulih.
”Meskipun hasilnya jelas positif dari sudut pandang signifikan secara statistik, mereka sembuh,” tutur ilmuwan yang memimpin NIAID Anthony Fauci kepada NBC News, Jumat (1/5).
”Ini bukan obat ajaib. Namun dianggap sebagai bukti. Sama seperti obat-obatan awal yang dikembangkan untuk mengobati HIV pada 1980-an hampir tidak seefektif yang digunakan saat ini,” jelasnya.