Diyakini, perubahan cara dalam menjalani ibadah itu tentunya tidak mengurangi esensi dan substansi Ramadhan. Puasa Ramadhan tetaplah yang ditunggu-tunggu umat Islam. Di dalamnya penuh rahmat dan ampunan. Pandemi Covid-19 ini idealnya tidak menyurutkan semangat kita menjalani ibadah di Ramadhan, meski tetap menjalani protokol kesehatan dan pembatasan sosial.
Bekerja, Selama ini dengan pakaian seragam rapi, diruang dan waktu yang sudah ditentukan. Dalam hal tertentu, ada perjalanan dinas ke daerah tertentu, ada meeting, ketemu ‘client’. Kondisi ini harus ditinggal untuk sementera waktu demi covid-19 ini. Kerja jarak jauh atau dari rumah menjadi cara yang harus diterima sebagai alternatif di saat pandemik.
Bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) menjadi solusi memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19 dengan meniadakan pertemuan face to face dan melakukan segala aktivitas di rumah.
Belajar/mengajar, terjadi di ruang kelas, dihadiri oleh siswa siswi yang pakai baju seragam, pelajaran diawali dengan doa, absensi, ada interaksi dan komunikasi, ada canda dan tawa, ada siswa yang dihukum, dipanggil orang tua, dll. Selama dalam kelas terjadi kontak fisik, guru bisa memuji, atau memarahi siswa, dll.
Ada guru yang ‘dipanggil’ ikut diklat, seminar dikota tertentu, ada pertemuan antar guru, ada seminar PTK, ada rapat, ada kegiatan seni, pertadingan olahraga. Tapi, itu semua tidak terjadi karena covid-19, pembelajaran harus daring, tidak ada rapat ‘fisik’, tidak salam dari siswa, tidak diklat, tidak ada ujian, tidak ada upacara demi virus ini.
Tatap muka dapat dilakukan dengan platform Zoom, Google Hangout, Webex, Whatsapp, dan lain-lain. Pemberian materi dan tugas dapat dilakukan melalui Google Classroom, Edmodo, Moodle, Schoology, Zenius, Ruangguru, Quipper, dll.
Berkomunikasi, Saat belum terjadi wabah pandemik Covid-19, kita seringkali disibukkan dengan aktivitas melalui komunikasi sosial yang dilakukan dengan kontak fisik atau tatap muka. Pada kondisi normal ini, rasanya ‘tidak sopan dan tidak elok’ menyampaikan ‘sesuatu’ pada atasan dengan media komunikasi atau media sosial. Tapi covid-19 ini melumrahkan komunikasi dengan media komunikasi.
Selama ‘berada dirumah’ kita memanfaatkan media teknologi untuk komunikasi. Memang kita belum terbiasa beralih dari ruang fisik ke ruang virtual. Jembatan komunikasi melalui media-media tersebut pastinya dapat memberikan nuansa baru dalam berinteraksi selama pandemi.
Sosial, Pertama, sekarang, semua berdiam diri, saling menghindar, saling menjaga jarak, seakan-akan kita berubah dari mahluk sosial menjadi mahluk yang egois. Rasanya kita sudah tidak mau lagi menerima kunjungan tamu, bahkan kunjungan keluarga sekalipun. Menyentuh sesuatu yang asing saat ini dapat membuat kita takut. Semua hal selain milik pribadi menjadi terlihat mencurigakan seolah olah ada virus.
Kedua, Biasanya berjabat tangan dan cipika-cipiki, saat ini harus kita dihindari dulu. Jabat tangan adalah tradisi yang ada selama ribuan tahun. Tetapi, sekarang ketika mengulurkan tangan, berarti mengulurkan senjata biologis yang mematikan.
Keluarga, bagi ASN dan pekerja lain berada ditempat kerja minimal 8 jam sehari belum termasuk waktu diperjalanan, pandemi ini memaksa kita ‘terkurung’ dirumah, produktif dirumah bersama keluarga. Merajut hubungan keluarga yang lebih erat, makan bersama, beribadah bersama, menemani anak belajar, yang jarang dilakukan selama masa normal.
Kesehatan, Lebih peduli terhadap kebersihan dan kesehatan. Sejak pandemik, kebiasaan baru membersihkan barang barang yang bukan menjadi perhatian selama ini: saklar lampu, pegangan pintu, pegangan pintu kulkas, remote control televisi, dll dengan air sabun atau cairan disinfektan. Cuci tangan dengan air sabun di bawah aliran air setiap 20-30 menit selama 10-21 detik.
Semoga, wabah covid-19 segera berakhir, aamiin!
*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah