iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (FAISAL R. SYAM / FAJAR INDONESIA NETWORK.)

Terpisah, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, terkereknya harga bawang merah karena terdapat dua faktor masalah, yakni distribusi dan penurunan produksi. “Ya, saya duga disebabkan oleh keduanya distribusi dan penurunan produksi karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),” ujarnya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (14/5).

Untuk menekan harga bawang merah. Memasuki hari ke-21 puasa Ramadan tahun ini harga bawang merah di pasar tradisional seluruh Provinsi Tanah Air dibanderol Rp 52.250 per kilogra (kg). Harga tersebut naik Rp100 dibandingkan harga kemarin. Sejak hari pertama puasa, harga bawang merah telah naik 16,8 persen. “Solusinya pemerintah perlu memeriksa pusat-pusat produksi dan distribusi bawang merah,” pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti harga bawang merah yang melambung tinggi sejak awal Ramadan. Kenaikan harga bawang merah salah satunya dikaitkan menipisnya stok di pasaran. Penurunan produksi akibat banjir yang merendam 616 hektare lahan pertanian bawang merah di Brebes sebagai produsen terbesar komoditas ini di Indonesia adalah biang keroknya. Namun, menteri pertanian menganggap karena persoalan distribusi.(din/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images