Begitu juga para kontestan alias cakada yang bertarung. Tentu Pilkada kali ini akan berbeda dengan yang sebelumnya. Harus ada kesadaran yang tinggi bahwa tidak bisa lagi terlalu leluasa melakukan kampanye atau sosialisasi. Harus berani membatasi diri.
Saatnya populeritas dan elektabilitas anda diuji dalam senyap. Ketika ruang gerak pertemuan dengan massa dibatasi, masih adakah yang mengenal anda? Masih adakah yang mau memilih anda? Yakinlah, jika selama ini anda ‘hadir’ di tengah masyarakat, pasti ada. Tapi jika selama ini ‘absen’, pasti anda dilupakan.
Jangan pula coba-coba membungkus politik uang (money politic) dengan isu Korona. Rasanya tidak perlu ada masker warna-warni partai bertulisan ‘pilih saya’. Jangan jadikan penderitaan rakyat sebagai komuditas (bahan dagangan) politik anda.
Masyarakat juga harus memiliki kesadaran politik yang baik. Jika kita menginginkan pemimpin yang berkualitas maka masyarakat harus cerdas. Hanya pemilih yang cerdaslah yang akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Kondisi kita saat ini memang dalam keadaan sulit. Kita butuh bantuan. Kita memerlukan uluran tangan. Tapi jangan pula kita gadaikan idealisme yang dimiliki. Tahan godaan!
Kita harus berjuang bersama. Disiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan dan tolak segala bentuk kecurangan pemilu. Pemilih cerdas itu pasti anti politik uang (money politic) dalam bentuk apa pun. Hentikan penyebaran berita bohong (hoaks) dan propaganda media (terutama medsos). Saatnya menghindari isu SARA sebagai bahan pertikaian.
Tentu saja ada harapan besar pada penegak hukum seperti Bawaslu, POLRI dan Kejasaan (Gakkumdu). Penegakan hukum menjadi salah satu elemen penting tercapainya Pilkada yang berintegritas dan penyelamatan nyawa masyarakat di tengah pandemic ini. Kita ingin pemilu berjalan baik dengan aturan-aturan yang tegak dan masyarakat terjaga dari bencana.
Akhirnya, tanggal 9 Desember 2020 akan menjadi sejarah baru dalam perjalanan demokrasi bangsa kita. Pilkada di tengah wabah virus Korona. Pilkada yang akan bersabung nyawa jika kita tidak waspada. Maka dari itu, semua pihak, petugas, peserta, pihak keamanan dan masyarakat harus memiliki kesadaran yang tiggi untuk mematuhi protokol kesehatan jika kita tidak ingin menggali kuburan massal korban Pilkada!
*Akademisi UIN STS Jambi dan Direktur Pusat Kajian Demokrasi dan Kebangsaan [PUSAKADEMIA].