iklan Unjuk rasa di New York memprotes kematian George Floyd.
Unjuk rasa di New York memprotes kematian George Floyd. (REUTERS/Shannon Stapleton)

JAMBIUPDATE.CO, NEW YORK — Demo skala nasional di Amerika Serikat (AS) pasca kematian George Floyd terus berlanjut. Semua pejabat kini berharap orang nomor satu AS, Presiden Donald Trump, bisa turun tangan dan menyudahi permasalahan. Namun, pria yang kembali mencalonkan diri pada pemilu 2020 itu belum memberikan pesan pasti.

Dalam hanya beberapa hari, aparat dilaporkan sudah menangkap setidaknya 4.400 orang. Demo besar-besaran tersebut kini sudah meluas ke lebih dari 75 kota. Sebagian besar demonstran tak menggubris jam malam yang diberlakukan di 40 kota. National Guard mengerahkan 5 ribu personelnya ke 15 negara bagian dan Washington DC untuk ikut membendung gelombang protes.

’’Kami tegaskan bahwa tanggung jawab keamanan masih ada di tangan lembaga penegak hukum daerah,’’ tulis kelompok militer cadangan untuk masa darurat tersebut menurut BBC.

Pemandangan mengerikan seperti mobil polisi yang terbakar dan toko yang dijarah masih saja terjadi. Padahal, hampir seluruh pejabat daerah menyatakan satu suara. Mereka meminta agar massa melakukan aksi dengan damai. Mereka juga meminta agar warga lokal menjaga perdamaian dari pihak-pihak luar.

Beberapa pihak menyatakan bahwa demo tersebut disusupi oleh ’’demonstran profesional’’ atau oknum yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Komisioner Keamanan Publik Minneapolis John Harrington mengatakan, seperlima demonstran yang ditangkap berasal dari luar negara bagian. Antara lain, Arkansas, Iowa, Illinois, dan Michigan.

Amarah warga AS belum padam. Mereka belum puas dengan penanganan pemerintah AS atas kasus kematian George Floyd.

Yang bisa jadi jawaban adalah sikap Trump. Namun, ayah Ivanka tersebut masih plinplan. Ketika memberikan komentar, terkadang dia meminta masyarakat berdamai. Namun, dia juga sering mengutuk demonstran dan mengancam akan mengambil tindakan keras.

Trump masih terlalu bimbang. Dia juga senewen dengan massa yang nongkrong di depan Gedung Putih. Media juga baru tahu bahwa Trump sempat dilarikan ke bungker Gedung Putih saat demonstran mulai ribut di Gedung Putih pada Jumat (29/5) lalu.

Kabar yang beredar, pihak Gedung Putih berencana mengumpulkan tokoh-tokoh kulit hitam. Mereka akan menggelar sesi diskusi untuk menentukan solusi terbaik.

Sementara itu, Tiongkok senang bukan kepalang melihat Trump harus menghadapi gelombang protes. Media Tiongkok mengolok-olok Trump yang ternyata sempat bersembunyi di ruang bawah tanah. Mereka juga menuduh pemerintah AS munafik karena mendukung protes anarkistis di Hongkong tapi tak bisa tahan dengan protes yang terjadi di tanah mereka sendiri.

’’Kematian George Floyd membuktikan masalah rasisme di AS,’’ ujar Jubir Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lijian Zhao kepada The Guardian. (jpc/fajar)


Sumber: www.fajar.co.id

Berita Terkait



add images