iklan Amri Ikhsan.
Amri Ikhsan.

Bahasa guru yang santun akan dapat dijadikan sebagai model oleh siswa. Dengan demikian, secara tidak langsung, guru sekaligus menanamkan nilai karakter sopan-santun kepada peserta didik. Sopan-santun merupakan salah satu nilai karakter yang dicanangkan pemerintah untuk ditanamkan kepada peserta didik (Samani & Hariyanto, 2011); dan salah satu strategi yang harus dilakukan adalah melalui keteladanan atau pemodelan (Lickona, 1992). .

Seringkali ditemukan bahwa sebagian siswa enggan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mereka cenderung pasif. Siswa kurang memperhatikan materi pembelajaran daring yang dikirim, enggan belajar, malas berpikir, bagi mereka lebih ‘enak’ bertanya kepada google. Mereka mengantuk, melamun dan tidak semangat dan paling malas berkomunikasi dan berkonsultasi dengan guru.

Dalam konteks ini, guru harus mencari altenatif model pembelajaran yang inspiratif untuk berusaha meningkatkan keaktifan siswa dengan meminta siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu peran guru disini adalah mengintensifkan proses komunikasi dengan menerapkan prinsip kesantunan.

Sebelum melaksanakan pembelajatan, guru terlebih dahulu mengidentifikan kata, frase, ungkapan, kalimat apa yang mengandung unsur kesantunan seperti yang diutarakan Leech (1993).

Berhubung dengan penerapan prinsip kesantunan seperti yang dikemukan oleh Leech (1993), guru berinisiasi untuk melakukan komunikasi dengan para siswa. Guru harus ‘rajin’ dan aktif melakukan pendekatan santun dengan mengomentari apapun yang diperbuat siswa. Bahkan siswa sedang diam atau pasif harus diajak berkomunikasi.

Berlaku santun bukan berarti tidak disiplin atau lemah, bahkan sebaliknya, bersikap santun adalah sikap disiplin. Santun berarti peduli dan awas terhadap kegiatan siswa.

Santun berarti memberi tempat yang ‘menyenangkan; sehingga siswa tidak memiliki ‘halangan’ untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Posisi guru dalam konteks ini adalah bagaimana menyalurkan potensi potensi potensi yang dimiliki siswa sesuai dengan ‘kadar’ kompetensi yang dimilikinya.

Prinsip guru dalam berkomunikasi: 1) menggunakan diksi yang halus dalam menjelaskan, bertanya, mengemukakan pendapat, menyanggah jawaban (misalnya menggunakan kata maaf, terima kasih, berkenan, mohon, tolong, beliau, bapak/ibu, silahkan); 2) memberikan banyak keuntungan untuk siswa (tidak memaksakan ‘kehendak pada siswa); 3) tidak menyindir dalam menjelaskan, berpendapat atau bertanya menolak/membantah pendapat dengan kata “maaf”.

Kemudian, 4) memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat, bertanya, memberikan kritikan; 5) memberikan perintah dengan kalimat pertanyaan atau kalimat berita; 6) menolak pendapat siswa dengan kalimat pertanyaan; 7) memberikan pujian yang jujur pada siswan, tidak mempermalukan siswa ketika berkomunikasi; 8) bahasa guru penuh puja puji apapun hasil kerja siswa, dll.

Dalam berkomunikasi, guru memilih kata kata yang enak didengar oleh siswa dengan menerapkan prinsip kesantunan dalam proses pembelajaran; a) “jangan lupa belajar, belajar untuk masa depan’; 2) “Kerjakan tugas dengan tenang, tidak batas waktu kapan dikumpul, tapi kalau sudah selesai, silakan dikirim”; 3) “kalau ada yang tidak jelas, silakan berkomunikasi dengan Bapak/ibu; 4) “Tidak apa-apa, yang penting belajar” 5) “tidak apa apa sedikit, yang penting dikumpul”.

Kemudian, 6) “Terima kasih, tugasnya sudah diterima”; 7) “Inshaallah nilainya bagus”; 8) “Alhamdulillah, jawabannya benar”; 9) “Subhanallah, ananda bisa menjawab”; 10) “Jangan lupa dibaca materi yang sudah dikirim, pasti bermanfaat” dll.

Inshaallah, dengan berbahasa santun dalam proses pembelajaran, siswa merasa dihargai, tidak ada beban psikologis yang bisa menghalangi siswa untuk aktif belajar. Silakan dicoba!

*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah


Berita Terkait



add images