iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Sebanyak 58 daerah bersttus siaga kekeringan. Sedangkan empat wilayah berstatus awas.

Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakian berdasarkan data yang dimiliki pihaknya, sejumlah daerah sudah mulai mengalami kekeringan. Bahkan empat kabupaten atau kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) berstatus awas karena telah mengalami deret hari kering lebih dari 60 hari atau dua bulan.

Daerah tersebut, yaitu Kota Kupang, Kabupaten Belu, Timor Tengah Selatan di NTT dan Kabupaten Dompu di Provinsi NTB.

“Kami sudah mengeluarkan surat peringatan dini kepada kepala daerah yang berpotensi kekeringan tersebut,” katanya dalam keterangannya, Minggu (26/7).

Selain empat wilayah tersebut, lanjutnya, sebanyak 58 kabupaten/kota berstatus Siaga kekeringan. Wilayah-wilayah tersebut tersebar di Provinsi NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

Hingga saat ini atau dasarian kedua Juli, berdasarkan pantauan BMKG, dari 342 daerah Zona Musim (ZOM) di Indonesia, 69 persen telah memasuki musim kemarau.

“Musim kemarau datang seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering yang bertiup dari arah Timur-Tenggara,” ungkapnya.

Dibeberkannya, daerah-daerah yang telah memasuki musim kemarau adalah NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Barat, pesisir utara Banten, DKI, Sumatera Selatan bagian timur, Jambi bagian timur, sebagian besar Riau.

“Selain itu, sebagian besar Sumatera Utara, pesisir timur Aceh, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Timur bagian timur, Kalimantan Selatan bagian utara, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir selatan Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara bagian utara, Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur dan Papua bagian utara dan selatan,” urainya.

Dijelaskannya, dari wilayah-wilayah yang telah memasuki musim kemarau tersebut, 31 persen ZOM telah mengalami kondisi kering secara meteorologis. Hal tersebut berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) atau deret hari kering.

“Sejumlah daerah tersebut telah mengalami HTH bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan di atas 61 hari,” katanya.

Untuk daerah yang sudah mengalami deret hari kering lebih dari 30 hari antara lain Bangli, Buleleng, Karangasem, Klungkung, dan Denpasar di Provinsi Bali. Sedangkan di Yogyakarta, yaitu Bantul, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kulonprogo, dan Sleman Provinsi DI Yogyakarta.

“Untuk Jawa Tengah telah terjadi di Karanganyar, Kebumen, Klaten, Purworejo, Sukoharjo, dan Wonogiri,” katanya.

Dilanjutkannya, untuk wilayah Jawa Timur meliputi, Bangkalan, Banyuwangi, Bondowoso, Gresik, Jember, Kota Surabaya, Lamongan, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Sampang, Sidoarjo, dan Situbondo.

daerah-daerah di NTB yaitu Bima, Kota Bima, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa, dan Sumbawa Barat.

“Sementara di NTT, yaitu Alor, Ende, Flores Timur, Kupang, Lembata, Manggarai Barat, Nagekeo, Ngada, Rote Ndao, Sikka, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, dan Timor Tengah Utara, serta di Sulawesi Selatan di Kepulauan Selayar,” katanya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan meminta agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seluruh Indonesia mewaspadai datang musim kemarau.

“Mohon kerja sama BPBD untuk melakukan upaya-upaya antisipatif dalam menghadapi ancaman bahaya kekeringan dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan,” katanya dalam keterangannya.

Terlebih saat ini sedang pandemi COVID-19. Sebab kebutuhan air sangat penting. Hal ini terkait dengan panduan kesehatan yang mensyaratkan setiap individu untuk cuci tangan dengan sabun.

Dia juga meminta pemerintah daerah untuk melakukan langkah-langkah penguatan kesiapsiagaan menghadapi ancaman kekeringan.

“Menyiapkan logistik dan peralatan, seperti tangki air bersih, penyediaan pompa air di tiap kecamatan serta memprioritaskan pada wilayah terdampak kekeringan,” katanya.

Upaya preventif lain, pemerintah daerah diminta untuk melakukan kampanye hemat air dengan memanen air huja.

“Perlu juga penyiapan sumur bor dan pengaturan distribusi air,” katanya.(gw/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images