iklan

SEJAK penerapan lockdown akibat pandemi covid-19 enam bulan lalu, saya punya kesenangan baru; mancing ikan. Selain kesibukan ngevlog untuk YouTube, saat hari libur, saya kerab berburu spot mancing yang bagus. Kadang di kolam pemancingan, di sungai atau di Danau Sipin. Tujuan sebenarnya untuk mengusir kejenuhan berdiam di rumah. Syukur-syukur bisa bawa ikan pulang.

Minggu sore kemarin, keasyikan saya mancing di Danau Sipin, tiba-tiba dikejutkan kabar tak mengenakkan. Walikota Jambi Pak Syarif Fasha terkonfirmasi positif covid-19 dan dirawat di Jakarta. Seketika saya manarik nafas panjang. Otak saya langsung berkelana. Sebenarnya, sudah sejak lama saya mengkhawatirkan ini bakal menimpa beliau. Kekhawatiran saya itu akhirnya memang terjadi.

Kenapa saya sudah lama khawatir? Saya mencermati beliau sangat “lasak” dalam penanganan covid di Kota Jambi. Keseriusannya benar-benar total. Bahkan hingga larut malam ikut patroli bersama timnya. Camat dan Lurah hampir tiap malam begadang. Malah ia tidak takut membesuk dan berkomunikasi langsung dengan pasien covid yang tengah dirawat di rumah sakit. Meski pakai APD, ia seakan tak hirau keselamatannya sendiri. Lalu saat si pasien sembuh, dia sambut pula dengan karangan bunga di pintu rumah sakit. Ia ingin membangkitkan semangat warganya.

Hari-hari lain pun begitu. Keluar-masuk pasar dan bertemu masyarakat. Hingga memasuki New Normal, Fasha tetap tidak mengurangi totalitasnya menanggulangi wabah ini. Di saat kepala daerah lain mulai “surut” dan lebih sibuk sosialisasi sebagai Cagub, justru Fasha terus melaksanakan rapat dan berkoordinasi dengan tim gugus covid19 Kota Jambi. Selaku Ketua RT, tentu saya ikut terupdate dengan kesibukan beliau menangani pandemi ini. Saya tahu persis sepak-terjangnya. Dia hadir di masyarakat untuk bicara dan bertindak bagaimana memutus covid. Dia justru terlihat kurang tampak saat bagi-bagi Bansos. Sementara yang lain mengemasnya jadi pencitraan.

Kita tidak tahu, kapan dan saat di mana Fasha terjangkit virus ini. Apakah saat dia sering bolak-balik Jakarta melihat anaknya yang tengah sakit, atau di lingkungan kerjanya sendiri. Atau saat dia kontak langsung dengan masyarkat di rumah sakit, pasar dan tempat-tempat lain. Yang pasti, video pengakuannya di akun instagramnya itu, sungguh telah menuai rasa empati semua pihak. Sontak video berdurasi lebih dari tiga menit itu menjadi viral di medsos. Hebatnya, dia tampak santuy dan mampu meredam kepanikannya. Dan terus mengingatkan masyarakat agar tetap waspada!

Terkait pencalonan dirinya sebagai calon gubernur Jambi baru-baru ini. Bagi saya, Fasha adalah sosok pejabat Jambi yang sangat fenomenal. Betapa tidak. Di saat hasil survei dirinya selalu tertinggi dalam ajang perebutan Calon Gubernur Jambi saat ini, justru dia yang tidak mendapatkan dukungan partai yang cukup untuk mendaftar sebagai calon gubernur. Seperti berlari di lintasan, saat dia mencapai garis finish, justru atlet di belakang yang diberi medali. Dan di saat energinya telah dikuras habis, saat itu pula dia sekeluarga mendapat cobaan yang sangat berat. Anak bungsunya dikabarkan sakit yang cukup serius dan dirawat di Jakarta sudah cukup lama. Pukulan belum berhenti di situ. Kini dia malah terkonfirmasi positif covid-19. Tentu dia harus menjauh sementara dari istri dan anak-anaknya. Pun terhadap sang buah hati yang tengah sakit.

Sesungguhnya, Fasha adalah figur yang sangat diperhitungkan pihak lawan. Dia memang bukan putra daerah yang lahir di tanah Jambi. Tetapi dia tidak kalah tahu tentang Jambi dari figur lain dan sudah lebih dulu perduli Jambi, bukan sehari jelang Pilkada. Bahkan dia berani ambil resiko kemarahan masyarakat seperti pemindahan pasar, menaikkan beberapa sumber pajak dan lainnya. Artinya dia tidak takut kehilangan simpati sebagian kelompok orang demi kepentingan banyak orang. Untuk hal ini saya salut, walau saya kurang suka dengan kaca mata hitamnya yang ganteng itu menjadi “kaca mata kuda”.

Sejak periode pertama menjadi Walikota, Fasha telah berhasil menyebarkan “virus” simpati yang luar biasa kepada masyarakat hingga ke pelosok desa. Virus tersebut adalah cerita kesuksesannya membangun kota ini menjadi sebuah kota yang jauh lebih “glowing” dari sebelumnya. Sehingga penduduk desa semakin rajin dan betah bertandang ke Kota Jambi. Dan cerita ini terus mengalir hingga masyarakat masabodo dia “budak mano sebenarnyo” atau bukan “budak kito” dan “sanak kito apo idak”.

Menurut saya, dialah sosok pemimpin yang visioner itu. Banyak yang telah dan yang akan dilakukannya untuk kota ini. Tidaklah berlebihan rasanya kalau saya pinjam istilah Semen Padang; “Kami telah berbuat sebelum orang lain memikirkannya”. Dari sisi performance, Fasha juga telah mendapat pengakuan yang objektif dari pemerintah. Salah satunya, sebagai tokoh nasional yang paling peduli terhadap warga lanjut usia. Saat ini, rasanya sangat sulit menemukan kepala daerah yang secara khusus membuat program pro lansia. Fasha telah melalukan itu dengan hatinya.

Meski demikian, saya tidak berani mengatakan; andai Fasha calon gubernur, pasti dialah yang terpilih. Saya tidak mau berandai-andai. Sebab banyak aspek yang melatari hal itu. Tetapi secara objektif saya sebut, sebenarnya Fasha adalah figur yang sangat pas untuk memimpin Jambi dewasa ini. Selain masih enerjik, penampilannya amat menarik dengan gaya berkomunikasi yang bagus. Kemampuannya berbahasa Inggris juga cukup lumayan. Dan satu hal lagi, dia tidak gaptek alias gagap teknologi. Tentu saja ini sangat diperlukan bagi sosok pemimpin kekinian pada dekade ini.

Kawan-kawan semua tahu, saya bukanlah tim pemenangan Fasha dalam pilgub kali ini. Dan satu-satunya calon gubernur yang tidak pernah menawari saya masuk menjadi timnya adalah dia. Saya pun tidak berminat akan hal itu saat ini. Saya hanya ingin mengatakan secara rasional; sesungguhnya Fasha adalah figur pemimpin yang patut diperhitungkan dan bukan kaleng-kaleng. Satu hal lagi yang paling penting, dia adalah sosok yang memiliki otoritas penuh sebagai pemimpin. Bukan sebagai “kudo pelejang bukit”. Apalagi hanya sebagai boneka keluarga yang dijadikan alat untuk mendulang kekayaan!

Harapan saya, Fasha harus kuat menghadapi cobaan demi cobaan yang menderanya. Tuhan tidak akan memberi ujian berat bila hambaNya tidak kuat. Kesempatan masih panjang meski pada momentum yang berbeda. Teruslah berkarya yang terbaik. Masih banyak “mata hati” yang melihat Anda dengan “kata hati” untuk Pak Walikota. Saat ini, mereka dengan air matanya juga berdoa untuk kesembuhan Pak Walikota dan ananda Muhammad Fabiansyah Putra Fasha. Dan satu hal lagi (maaf), lain kali jaringlah Team Work. Team yang mengerti apa sesungguhnya sosio politics dan political marketing.

Tetap samangat dan teruslah berkibar dengan jargon bangkit. Karena bangkit itu memang kren!!

Jambi, 14 September 2020.


Penulis: Oleh : M. Chudori

Berita Terkait



add images