iklan Kasus Syekh Ali Jaber, Jangan Berhenti karena Gila
Kasus Syekh Ali Jaber, Jangan Berhenti karena Gila

JAMBIUPDATE.CO,JAKARTA – Pengusutan kasus penikaman Syekh Ali Jaber oleh Alpin Adrian jangan berhenti hanya karena pelaku gila. Telusuri lagi secara komprehensif dan jangan tergesa-gesa untuk menghentikannya.

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel meminta agar pengusutan kasus penusukan Syekh Ali Jaber jangan tergesa-gesa dihentikan hanya karena pelaku adalah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

“Hakim dapat memerintahkan agar pelaku semacam itu dirawat di RS jiwa. Tapi jika kasus buru-buru dihentikan di tingkat penyelidikan, bagaimana mungkin perintah hakim tersebut bisa ada?,” katanya di Jakarta, Senin (14/9).

Dijelaskannya, jika memang benar pelaku adalah ODGJ maka harus didalami secara komprehensif.

“Kasus tidak bisa dihentikan begitu saja hanya karena alasan yang belum didalami,” ujarnya.

Menurutnya, alasannya gangguan jiwa bisa mendapat pemaafan hukum. Namun, jika vonis gangguan jiwa dilakukan buru-buru maka kasus berhenti begitu saja.

“Gangguan jiwa tipe apa? Apakah termasuk tipe yang mendapat pemaafan hukum?,” katanya.

Jika memang ada vonis gangguan jiwa, maka pihak yang bertanggung jawab menjaga ODGJ bisa terkena kasus pidana. Sebab dianggap lalai membiarkannya menjadi pelaku penusukan dan membahayakan orang lain.

Dia juga mempertanyakan kasus penusukan serupa yang menyerang ulama, kemudian kasus berhenti karena ada indikasi pelaku merupakan ODGJ.

“Apa kabar para pelaku penyerangan pemuka agama pada kejadian-kejadian terdahulu, yang disebut juga mengidap gangguan jiwa? Mereka dirawat?,” katanya.

Sementara korban penikaman, Syekh Ali Jaber menyebutkan pelaku merupakan orang yang terlatih.

“Saya masih tidak terima pelaku ini bila dianggap gila,” katanya.

Menurutnya, saat berhadapan, pelaku tahu mencoba menusuknya dibagikan vital. Namun karena ada sedikit gerakan darinya pisau tersebut menuju ke lengan atas kanannya atau bahu.

“Reaksi pelaku saat berhadapan dengan saya dia coba tusuk kemudian karena gagal menusuk di bagian yang dinginkan pisau yang menancap di tangan ini coba ditariknya dengan kekuatan dan keberanian namun patah saat ada gerakan memutar dari saya. Melihat itu mohon maaf ini bukan seperti orang gila dia sangat berani bahkan terlatih,” jelasnya.

Dikatakannya, karena yang pelaku ini terlatih pasti ada dalangnya, Wallahuallam Bisawab (hanya Allah Yang Maha Tahu).

“Saya harap hukum dapat berjalan dan serta aparat keamanan dapat berlaku amanah, dan jujur karena kepercayaan kami kepada mereka sangat besar,” ujarnya.

Untuk itu, Wakil Ketua DPR Bidang Korpolkam Azis Syamsuddin mendesak agar Polri dapat segera mengungkap motif penyerangan tersebut.

“Saya mengutuk keras peristiwa itu, aparat penegak hukum dapat harus segera membuka motif pelaku penyerangan yang tidak bermoral itu. Kepolisian jangan mudah memberikan kesimpulan ‘gangguan kejiwaan’ terhadap pelaku,” tegasnya.

Dia Polri harus cepat dan tegas dalam melakukan investigasi kasus tersebut secara rinci. Jika ada aktor-aktor lain di belakang pelaku, maka wajib diungkap dan ditindak secara tegas.

Dia berharap peristiwa tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi aparat keamanan dalam mengamankan kegiatan ceramah dan akan mengawasi jalannya proses penyelidikan yang dilakukan pihak Kepolisian.

“Saya mempertanyakan standar operasional pengamanan yang dilakukan, terlebih ini ulama besar. Saya meminta fungsi deteksi dini dan keamanan ke depannya dapat dilakukan dengan baik oleh Kepolisian dan intelijen,” ujar Wakil Ketua Umum Golkar itu.

Dia juga berharap masyarakat bisa kembali tenang dan para ulama dapat melanjutkan kegiatan berdakwah kembali seperti biasa tanpa memiliki rasa kekhawatiran.

“Saya doakan Syekh Ali Jaber segera bisa sembuh dari luka yang dideritanya serta dapat kembali berdakwah dalam proses mengamalkan ibadah dan memberikan pencerahan di masyarakat,” katanya.

Sementara pihak kepolisian telah menetapkan Alpin Adrian sebagai tersangka. Untuk motifnya masih didalami.

“Kita masih gali motifnya, kalau unsur pidananya sudah terpenuhi. Cuma kita masih mendalami terkait motif,” kata Kasat Reskrim Polresta Bandar Lampung Kompol Rezky Maulana.

Rezky mengatakan pemeriksaan awal telah dilakukan kemarin. Kepada polisi, AA mengaku menusuk Syekh Ali Jaber karena merasa dihantui.

“Iya secara logika masih apa… karena dia berawal dari halusinasi visual, kalau bahasanya dia di BAP itu dihantui oleh Syekh Ali Jaber, sebelumnya pernah ditemui setahun yang lalu, sering lihat di TV, live,” ujarnya.

“Kemarin kan observasi dan wawancara awalnya aja, hari ini kita dalami,” imbuhnya.

Ditambahkan Kapolresta Bandar Lampung Kombes Pol Yan Budi Jaya pihaknya juga masih melakukan pembuktian atas pernyataan keluarga jika Alpin mengalami gangguan jiwa.

“Itu masih mau kami buktikan dulu, makanya hari ini kami koordinasi dengan dokkes untuk manggil psikiater dan dokter jiwa,” katanya.

Sampai saat ini, kata Yan Budi, pihak keluarga belum bisa menunjukkan surat yang menyatakan Alpin pernah dirawat di RSJ.

“Kalau tidak ada, yang menentukan dia dirawat di RSJ atau tidak ada itu putusan pengadilan,” ucapnya.

Disinggung motif tersangka, Yan Budi mengaku masih mendalami.

“Motif masih kami dalami. Omongan masih simpang siur,” katanya.

Disinggung apakah ada orang yang menyuruh Alpin, Yan Budi belum bisa berasumsi.

“Sementara belum ada,” jawab Yan Budi.

Sementara Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, pelaku sudah menjalani pemeriksaan awal.

“Sudah diperiksa oleh tim dokter dan psikiater Polda Lampung. Tapi, rencana akan didalami oleh Pusdokes Polri, oleh tim khusus psikiater,” katanya.

Untuk mendalami kejiwaan pelaku, polisi juga sudah mengundang dr Tendry Septa, spesialis kejiwaan dari RSJ Kurungan Nyawa. Serta tim ahli psikiatri dari Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri.

Terkait kemungkinan masalah radikalisme, pihaknya tidak menemukan dugaan yang mengarah ke sana.

Sebab saat dilakukan penggeledahan di kediaman pelaku tidak didapat barang bukti yang bersinggungan dengan dugaan radikalisme.

“Untuk sementara dari hasil penggeledahan tadi malam, tidak ditemukan apa-apa di rumah tersangka, intinya seperti itu tidak ada barang-barang bukti yang mengarah kegiatan seperti itu (radikalisme), hanya menemukan pakaian pelaku saja,” ujarnya.

Syekh Ali Jaber ditusuk oleh Alpin Adrian saat menghadiri pengajian dan wisuda tahfidz Al Quran di Masjid Falahudin, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Lampung.

Ali Jaber menderita luka tusuk dan menerima beberapa jahitan berlapis. Ulama asal Madinah, Arab Saudi, itu secara pribadi tidak menuntut tindakan pelaku tetapi menyerahkan segalanya kepada sistem peradilan yang berlaku.(gw/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images