FESTIVAL Mandi Safar menjadi sebuah agenda yang selalu digelar setiap tahunnya di Kabupaten Tanjab Timur, Provins Jambi. Agenda nan sakral itu selalu menarik minat wisatawan untuk berknjung ke Pantai Timur Jambi. Bagaimana pelaksanaannya tahun ini?
Pirma Satria dan Maulana, Jambi
Pandemi Covid-19 yang kini melanda dunia, berimbas juga ke Provinsi Jambi, dan menyasar berbagai sendi kehidupan masyarakat. Termasuk kegiatan tahunan Mandi Safar yang sakral itu.
Biasanya, Pantai Timur dipadatai ribuan pengunjung ketika acara itu digelar. Acara tahunan yang selalu menyedot animo wisatawan.
Namun berbeda dengan tahun ini, Covid-19 membuat acara adat itu ditiadakan, karena khawatir dengan perkembangan covid-19 yang angkanya terus naik di Jambi.
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), pastikan perhelatan festival budaya Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu tahun ini ditiadakan.
Hal itu dikarenakan Pandemi Covid-19 yang saat ini masih mewabah, sehingga Festival Air Hitam Laut ditiadakan, kata Kepala Dinas Dispora Tanjabtim, Dedy.
Terpisah, Camat Sadu, Frans saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Namun terkait kegiatan adat budaya di Pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut tetap digelar. Hanya saja, kegiatan tersebut dilakukan sesederhana mungkin untuk menjalankan adat tradisi dan tidak terbuka.
Kegiatan tersebut inisiatif warga sekitar untuk menjalankan adat tradisi, dan dilakukan secara sederhana dan singkat. Tidak ada mengundang rame-rame atau tamu sebagainnya, jelasnya.
Acara tersebut merupakan agenda Provinsi juga sudah berkoordinasi dengan pihak Polres, sesuai izinnya acara tersebut hanya acara adat dan tidak mengundang orang banyak termasuk pihak pemerintah maupun pemerintah setempat.
Terkait banyak pengunjung yang datang, mungkin karena kegiatan inikan merupakan ajang tahunan dan setiap tahunnya selalu meriah karena itu banyak warga yang datang, ujarnya.
Sebenarnya itu acara kecil-kecilan saja tidak ada undangan, karena ini ajang tahunan mungkin banyak warga yang penasaran, tambahnya.
Saat kegiatan adat tersebut berlangsung tetap dipantau oleh satgas Kecamatan bersama pihak TNI dan Polri setempat, tambahnya.
Sementara, Pimpinan Pondok Pesantren Wali Petu dan sekaligus Tokoh Agama Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, As'ad Arsyad juga membenarkan acara adat mandi shafar dilaksanakan secara sangat sederhana, tidak mengundang orang dari luar desa, Bahkan masyarakat desa tidak diundang dan seluruh santri tidak ada yang boleh ikut ke pantai.
Kecuali beberapa orang guru yg bertugas dalam prosesi adat, jelas Pak Kyai yang juga menjabat sebagai Ketua MUI Tanjabtim.
Dirinya juga tidak memungkiri jika dalam pelaksanaan kegiatan adat budaya yang dijadwalkan sederhana tersebut, justru dihadiri banyak warga. Meski pihak panitia atau Tokoh Masyarakat tidak menyebarkan undangan maupun spanduk pemberitahuan.
Tradisi ini memang sudah menjadi agenda tahunan masyarakat desa sejak puluhan tahun lalu, yang tidak pernah ditinggalkan, terlibat atau tidak pemerintah dalam pelaksanaannya masyarakat selalu ramai yang ikut dalam kegiatan tersebut, jelasnya.
Untuk diketahui, pada perayaan Festival mandi safar pada tahun sebelumnya Pemerintah Kabupaten Tanjabtim sepakat untuk mengganti nama acara tersebut menjadi Festival Air Hitam Laut yang diwacanakan pada tahun 2020 menjadi pertama kali nama tersebut digunakan. (*)