iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (FIN)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan obat antivirus Covid-19. Dalam pengembangannya, UGM bekerja sama dengan PT Filipina Antiviral Indonesia (FAI).

Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Paripurna Sugarda mengatakan, Obat Covid-19 ini tengah dalam pengembangan dan menunggu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Komite Etik untuk dilakukan uji klinis.

“Rencananya obat anti virus covid-19 ini ditargetkan siap dipasarkan pada 2022,” ujar Paripurna, Kamis (12/3).

Paripurna menjelaskan, bahwa FAI adalah perusahaan filantropi yang menyediakan pendanaan bagi peneliti UGM untuk mengembangkan obat untuk membantu penanggulangan pandemi covid-19.

“Kerja sama ini awalnya untuk mengembangan obat antiradang, namun juga dikembangkan untuk antivirus Covid-19 juga,” terangnya.

Menurut Paripurna, melalui kerja sama dengan mitra industri ini, UGM nantinya tidak hanya memproduksi alat diagnosis covid-19 berbasis antigen RI-GHA maupun GeNose yang mendeteksi covid-19 dari embusan nafas.

“Kita tidak hanya memproduksi alat deteksi positif covid-19 tapi juga bisa memproduksi vaksin juga bahkan kita bisa memproduksi obat covid-19,” ujarnya.

Paripurna menuturkan, sejauh ini pengembangan obat antivirus covid-19 ini masih menunggu izin penelitian dan uji klinis dari BPOM dan Komite Etik Penelitian dan Pengembangan.

“Apabila sudah mengantongi izin, pihaknya sudah menggandeng PT Kimia Farma untuk kerja sama dalam pengembangnya dan kita juga kerja sama dengan beberapa rumah sakit di Indonesia,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT FAI, Mario Pacurso Marcos, menyambut baik terlaksananya kerja sama dengan pihak UGM ini dalam pengembangan obat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Menurutnya, dengan kapasitas peneliti yang dimiliki, UGM mampu menghasilkan obat anti inflamasi dan obat anti virus covid-19 yang berstandar internasional.

“Saya harap kerja sama ini mendorong peningkatan kapasitas SDM di Indonesia maupun Filipina,” kata Mario.

Salah satu anggota tim peneliti dari FKKMK UGM, Jarir At Thobari menambahkan, pengembangan obat antiinflamasi dan antivirus sengaja dipilih karena di Tanah Air masih sedikit yang sudah mengembangkan.

“Beberapa obat antiviral masih sangat sedikit diteliti dan diproduksi langsung,” ujar Jarir.

Sejauh ini, kata Jarir, untuk penelitian dan pengembangan obat anti inflamasi dan antivirus ini bahan formula untuk pembuatan obatnya masih bergantung dari luar.

"Saya optimistis bahan baku obat ini nantinya sudah bisa tersedia di dalam negeri setelah dikembangkan dan diproduksi sendiri. Adapun tahapan uji klinis akan mulai dilakukan pada awal 2021,” pungkasnya. (der/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images