iklan Kotak hitam (black box) FDR pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 Jakarta - Pontianak diperlihatkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kotak hitam jenis FDR (Flight Data Recorder) selanjutnya akan dibawa ke laboratorium KNKT untuk dilakukan investisigasi lebih lanjut. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
Kotak hitam (black box) FDR pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 Jakarta - Pontianak diperlihatkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kotak hitam jenis FDR (Flight Data Recorder) selanjutnya akan dibawa ke laboratorium KNKT untuk dilakukan investisigasi lebih lanjut. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

Sebelumnya, Kepala Basarnas Bagus Puruhito menyatakan, proses evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1) kembali di perpanjang selama tiga hari. Perpanjangan ini setelah melalui pertimbangan dengan pihak Basarnas, Kemenhub, KNKT, DVI, dan berbagai pihak terkait.

“Dalam kesempatan ini, saya mengumumkan bahwa pelaksanaan operasi SAR kita perpanjang tiga hari lagi,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (18/1).

Bagus menyampaikan, pertimbangan perpanjangan proses evakuasi salah satunya karena tim DVI Polri baru berhasil mengidentifikasi 29 korban. Karena kecelakaan tersebut menewaskan 62 korban, sesuai manifest pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

“Sampai saat ini secara resmi dari DVI baru merilis 29 yang diidentifikasi. Tentunya tim SAR gabungan berusaha sekuat mungkin melaksanakan evakuasi korban. Semakin banyak jumlah kantong yang kita temukan, akan semakin bermanfaat bagi DVI dalam membantu proses identifikasi,” ungkap Bagus.

Bagus tak memungkiri, belum ditemukannya black box cockpit voice recorder (CVR) juga jadi alasan melanjutkan proses evakuasi, meski memang black box flight data recorder (FDR) telah ditemukan. Hal ini guna mengetahui penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

“Kemudian terkait CVR penting, FDR juga penting. Namun dalam konteks ini saya mau fokuskan kepada evakuasi korban dan bersamaan dengan itu melaksanakan evakuasi bagian CVR yang belum ketemu namanya Crash Survivable Memory Unit (CSMU) itu adalah bagian yang merekam data percakapan atau suara di kokpit. Itu yang belum kita temukan,” pungkas Bagus. (*)


Sumber: Jawapos.com

Berita Terkait



add images