ADA-ada saja terobosan dan keunikan yang dilakukan oleh Walikota Jambi Sy Fasha. Di tengah peperangan melawan bencana Covid-19, walikota dua periode itu melantik pejabatnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Covid-19 di Pusara Agung Kota Jambi. Seperti apa ceritanya?
HAFIZH ALATAS-PIRMA SATRIA, Kota Jambi
ADA 135 orang pejabat eselon II, III dan IV dilingkungan Pemerintah Kota Jambi diundang untuk hadir di TPU Covid-19 Pusara Agung, di Jalan Lingkar Barat, Kelurahan Mayang Mangurai, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi.
Mereka diminta hadir pada pukul 07.30 Wib pada rabu (19/5). Kursi sudah disusun dan disiapkan dengan berjarak lebih kurang 1,5 meter. Mereka bukan hadir karena adanya warga yang wafat. Namun mereka yang dapat undangan tersebut hendak dilantik untuk menduduki jabatan baru yang diamanahkan. Pelantikan 135 pejabat tersebut berlangsung persis di sisi 112 makam pasien covid-19 yang meninggal dunia semasa pandemi melanda Kota Jambi. Sebelumnya lokasi tersebut sudah disterilkan.
Lokasi TPU covid-19 itu sengaja dipilih Walikota Jambi Sy Fasha pada momen pelantikan pejabat barunya. Tujuannya supaya para pejabat yang dilantik teringat bahwa covid-19 itu masih ada.
“Utuk mengingatkan para pejabat yang dilantik bahwa covid-19 masih disekitar kita dan harus waspada dengan menjalankan protokol kesehatan ketat,” kata Walikota Jambi Sy Fasha, usai pelantikan kemarin (19/5).
“Mereka para pejabat dijadikan duta covid-19 untuk mengedukasi masyarakat, bahwa korban covid sudah banyak,” tambahnya.
Selain itu, hal yang mendasar dilakukannya pelantikan pada TPU tersebut juga untuk mengingat para pejabat bahwa jabatan itu adalah amanah yang sifatnya sementara dan akan dipertanggung jawabkan diakhirat nantinya.
Para pejabat yang dilantik tersebut memang sudah melalui proses seleksi panjang. Untuk eselon II terlebih dahulu dilakukan job fit, eselon III dan IV dilakukan penilaian oleh atasan atas kinerjanya dan kemudian hasilnya disimpulkan oleh tim baperjakat.
“Ada mutasi, rotasi, demosi. Ini penilaian baperjakat melalui proses panjang. Melihat, menyikapi dan mempelajari jabatan,” sebutnya.
Para pejabat yang dilantik kata Fasha, tidak ada istilah titipan dan lainnya. Yang dilihat adalah kecocokan untuk menempati pada jabatan tersebut.
“Tidak ada lagi jabatan mata air dan jabatan air mata. Kita bekerja sesuai tupoksi masing-masing. Apabila satu kesatuan tidak bekerja, maka yang lain akan terganggu,” tuturnya.
Dihadapan 135 pejabat tersebut, Fasha mengatakan, pemimpin harus bisa tertawa, bisa menangis, bisa tegas dan toleransi pada bawahannya. Semua hal tersebut harus saling melengkapi.
“Kami mengucapkan selamat. Setelah dilantik tidak mengadakan syukuran, tidak perlu mengucapkan termakasih pada kami. Yang ditunjuk yakni dianggap mampu menggemban tugas yang dipercayakan ini,” ungkap Fasha.
Prinsipnya sebut Fasha, jabatan tersebut hanya titipan. Tidak tahu jabatan itu anugerah atau musibah. Apabila tidak bisa menjalankan dengan baik maka akan jadi musibah. Jika dijalankan ikhlas dan sungguh-sungguh maka menjadi anugerah.
“Tidak ada perayaan syukuran, langsung lakukan tugas dan tanggung jawab sesuai jabatan masing-masing yang diamanahkan,” katanya. (*)