Penguatan rupiah agak terbatas, karena dolar AS beringsut kembali ke level tertinggi dalam satu tahun terakhir versus mata uang utama,menjelang laporan penggajian pada akhir pekan ini. Perbaikan signifikan data penggajian bisa meningkatkan kemungkinan pengurangan stimulus moneter atau tapering Federal Reserve (The Fed) mulai November 2021.
“Data nonfarm payrolls hari Jumat diperkirakan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, dengan perkiraan 488.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan September, menurut jajak pendapat Reuters,” tambah Ibrahim.
Ketegangan baru China-AS, dimana China dianggap gagal dalam mengakomodir janjinya kepada AS, menurut Ibrahim juga membuat laju penguatan kurs rupiah agak tertahan.
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai pada Senin (4/10/2021) mengatakan bahwa Beijing telah melanggar perjanjian dagang Fase Satu dengan Washington.
Dalam perjanjian yang ditandatangani pada Januari 2020 lalu oleh Presiden Donald Trump, China wajib untuk membeli setidaknya USD200 miliar barang dan jasa dari AS selama tahun 2020 dan 2021. Namun hingga Agustus 2021, China baru merealisasikan sekitar 62 persen dari kewajibannya.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.240 – Rp14.270 per dolar AS,” pungkas Ibrahim. (git/fin)
Sumber: www.fin.co.id