iklan Disway.
Disway.

Kyle Rittenhouse, remaja 17 tahun itu, menembak tiga orang kulit hitam —dua meninggal dunia— di kota kecil Kenosha tahun lalu.

Kota Waukesha dan Kenosha hanya berjarak 1 jam dengan mobil. Sama-sama di negara bagian Wisconsin. Dewan yuri menyatakan Rittenhouse tidak bersalah. Ia menembak untuk membela diri.

Vonis bebas itu memang menimbulkan reaksi keras di kalangan kulit hitam. Rittenhouse sendiri bukan orang Kenosha. Ia dari negara bagian Illinois, tapi berdekatan dengan Kenosha.

Saat itu di Kenosha lagi terjadi demo besar-besaran orang kulit hitam. Juga di kota-kota lain di Amerika. Mereka minta keadilan atas terbunuhnya beberapa orang kulit hitam di tangan polisi.

Remaja tadi berangkat ke Kenosha. Melintasi perbatasan negara bagian. Ia membawa senjata. Ia ingin membela orang kulit putih yang ia anggap terancam kerusuhan.

Kini Rittenhouse berumur 18 tahun. Ganteng. Setelah bebas ia diwawancarai Fox News: “Saya bukan rasialis. Saya mendukung gerakan Black Live Matters,” katanya.

Sidang pengadilan kasus terbunuhnya Ahmaud Arbery juga menjelang putusan. Di Georgia. Tiga terdakwanya kulit putih. Mereka memepet Arbery yang lagi jogging dengan mobil mereka. Lalu Arbery ditembak mati. Alasannya: Arbery membahayakan nyawa mereka.

Masyarakat kulit hitam was-was. Dari 12 dewan juri hanya satu yang kulit hitam. Minggu depan dewan juri akan memutuskan: tiga orang itu bersalah atau tidak.

Mungkin pembunuhan nenek-nenek pedansa di parade itu tidak berhubungan dengan dua persidangan itu. Tapi bagaimana bisa bukan teroris, tidak mabuk, tidak dendam bisa menyasarkan mobil ke parade.

Kalau saja mereka orang Jawa pasti akan ada yang bilang: untung yang meninggal hanya lima.
Saya tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya. Parade yang begitu meriah diakhiri di tengah jalan dengan tragedi yang sulit dimengerti. (dahlan Iskan)


Berita Terkait



add images