“Tahapan pembangunan IOC secara mulus bisa dikerjakan, sampai pada tahun saat ini yang sudah sampai ke digital analytic. Kedepannya setelah semua penyempurnaan di IOC, diharapkan dapat membantu upaya SKK Migas menangani unplanned shutdown yang sangat dirasakan mengganggu produksi migas tahun lalu. Harapannya dengan data analityc yang bisa diperoleh dari IOC dapat dilakukan upaya pencegahan sedari awal, sehingga kejadian unplanned shutdown bisa ditekan secara bertahap sehingga pelaksanaan produksi migas kedepannya menjadi semakin ekselen”, ujar Fatar.
Fatar menyampaikan optimismenya bahwa kebutuhan energi fosil meningkat terus seiring peningkatan daya beli dan jumlah populasi, meskipun prosentase energi migas akan berkurang pada bauran energi nasional. Saat ini produksi minyak per hari masih belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai 1,5 juta barel, diperkirakan kebutuhan minyak ditahun 2030 bisa meningkat diatas 2 juta. “Untuk memenuhi kebutuhan minyak secara keseluruhan masih belum, setidaknya upaya peningkatan produksi minyak di tahun 2030 dapat mengurangi GAP sehingga mengurangi impor. Ini peran lain hulu migas dalam mendukung perekonomian agar anggaran negara dapat dipergunakan untuk membangun sektor yang dibutuhkan oleh masyarakat”, imbuh Fatar
“Saat ini, paling mudah mencari data adalah dalam bentuk digital. Transformasi oleh SKK Migas adalah transformasi untuk mengejar ketertinggalan produksi dengan tantangan adanya energi transisi. Digitalisasi sebagai enabler memegang peranan yang penting dalam upaya mencapai target 2030. Kecepatan menjadi sangat pentin, dengan adanya IOC yang terus diperbaharui modul-modulnya, maka proses-proses pengambilan keputusan di hulu migas bisa menjadi lebih cepat dan akurat”, pungkas Fatar. (*)