BERAWAL dari keluhan Sang Istri yang susah memperoleh gas untuk memasak, Guntoro (57), berkreasi dengan menyulap pelepah pinang (Upih) menjadi briket. Seperti apa ceritanya?
GATOT SUNARKO, Tanjab Barat
Siapa sangka, upih pinang yang selama ini hanya menjadi sampah tak terpakai, kini bisa bermanfaat untuk keperluan rumah tangga.
Adalah Guntoro. Seorang petani pinang asal Tanjab Barat yang merubah itu semua hingga memiliki nilai ekonomis.
Pak De Guntor, begitu ia biasa disapa. Warga Desa Teluk Kulbi Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dirinya berinovasi memanfaatkan limbah pelepah pinang tersebut menjadi briket arang.
Kisahnya terbilang unik, bermula dari sering mendapat keluhan dari sang istri yang susah mendapatkan gas. Maklum saja, tinggal di kebun yang sedikit jauh dari pasar, terkadang sang istri membawa tabung gas ke pasar, tapi seringkali pulang dengan tangan hampa. Tidak ada gas yang dijaul.
Dari situlah ia terpikir untuk membuat briket dari limbah pinang yang banyak berserakan di kebunnya.
"Awalnya tuh saya sering dengar kalau istri saya tidak dapat gas, makanya saya buat briket, seperti informasi-informasi yang pernah saya dengar kalau ada pembuatan briket seperti dari arang tempurung dan yang lainnya. Berhubung pelepah pinang banyak, saya coba buat dari bahan itu dan akhirnya jadi," ujarnya saat dikonfirmasi.
Sebelumnya, dirinya belum pernah membuat arang, namun berkat pengetahuan yang ia miliki, plus tanya sana sini, ia berhasil membuat upih pinang menjadi arang kemudian dibuat briket.
"Proses pembuatannya tidak lama, langsung dibakar. Setelah dibakar kemudian dihancurkan dan dipadatkan kembali dengan tepung tapioka yang diencerkan," katanya.
Diceritakannya, dalam pembuatan briket upih pinang, setiap 3 ton bahan baku pelepah pinang yang dibakar menghasilkan 1 ton arang briket.
"Banyak juga jadinya kalau kita buat 3 ton upih akan jadi 1 ton arang," ceritanya.
Proses pembuatan yang dilakukan dalam pengolahan briket pelepah Pinang yaitu pengumpulan pelepah pinang yang telah jatuh dari batang Pinang.
Setelah terkumpul, proses yang pertama adalah memasukkan pelepah pinang ke tempat pembakaran, kemudian ditutup dan dibakar sorenya hingga pagi.
"Pelepah pinang yang sudah kita bakar sorenya kemudian pagi dibuka sudah jadi arang, setelah itu bisa ditumbuk kemudian dicetak untuk menjadi briket," paparnya.
Untuk saat ini dirinya sedikit keterbatasan alat dalam pembuatan, karena alat-alat yang ada untuk produksi masih skala kecil dan manual. Untuk saat ini dirinya berharap jika arang buatannya ini ada diterbitkan hak cipta dari penemuannya.
Saat ini pakde Guntoro mengatakan belum ada produksi khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara umum. Hanya saja briket yang ia buat adalah briket yang dilakukan pembuatannya saat waktu senggang sepulang dari kebun.
"Secara umum belum dipasarkan bebas, hanya saja kalau ada yang ke rumah dan ingin membeli jika stok masih ada kita jual 1 kilonya Rp 20.000," katanya.