iklan Teks Foto: Bucket Echa memperlihatkan rangkaian bucket miliknya. Rangkaian bucket milik Echa mulai banyak diminati
Teks Foto: Bucket Echa memperlihatkan rangkaian bucket miliknya. Rangkaian bucket milik Echa mulai banyak diminati

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Resign dari profesi sebagai tenaga kesehatan di Biddokkes Polda Jambi karena tidak bisa membagi waktu, Ellysa Tri Utami (29) coba-coba merangkai bucket. Kini hasil kreativitasnya itu mulai mendatangkan fulus.

EllysaTri Utami biasa dipanggil Echa, perempuan kelahiran ujung pasir yang sebelumnya berprofesi sebagai Biddokkes Polda Jambi, kini beralih sebagai seniman pengrajin perangkai bucket.

Awal mula kisah, setelah menikah di akhir Mei 2021 kemarin, kemudian melanjutkan untuk resign dari pekerjaan sebagai seorang tenaga kesehatan di Dokkes Polda Jambi, dikarenakan mersakan sulit membagi waktu dengan keluarga.

"Tepat pada bulan Oktober 2021, saya coba-coba untuk merangkai dan membuat bukcet sebagai kado ulang tahun untuk mama mertua, dan ternyata saat diposting banyak yang tertrik untuk memesannya, dan mama pun merasa senang dengan kado itu, dan Alhamdulillah pesanan mulai berdatangan setelah itu, baik dari luar Kota Jambi maupun dari dalam Kota," katanya, pada Rabu (22/6).

Ellysa mengaku, pekerjaan yang ditekuni dirinya sekarang ini murni dari ketekunannya secara otodidak dan terus berusaha belajar dan berusaha merangkai bucket buatannya.

"Kenapa bisa buat, padahal tidak belajaar ataupun kursus, ini hanya otodidak dengan melihat tayangan di youtube, kemudian membeli perlegkapnnya dan berusaha merangkainya," ujar Echa yang juga bersuamikan anggota Polda Jambi.

Kemudian diterangkan Echa, untuk proses perangkaiannya sendiri tidak memakan waktu lama paling cepat 30 menit untuk satu karya bucket sampe finishing, dan paling lama sampai 5 jam jika perlengkapan bucket yang digunakan banyak.

"Kalau untuk harga kisarannya berbeda-beda, karena dibuat sesuai request ataupun pemesanan dari konsumen dibanderol dari harga paling murah Rp 35 ribu sudah dengan jasanya, dan paling mahal dibandrol Rp 500 ribu untuk upah jasanya," terangnya.

Untuk omsetnya sambung Echa, dirinya mengaku tidak menentu, karena dalam 1 bulan itu terkadang sampaai 6 atau 7 pemesnan bucket, kadang kurang dari itu dikrenakan juga usaha yang dia geluti ini boleh terbilang baru berjalan, belum 1 tahun.

"Tantangannya dan kendalanya kadang konsumen memesan dengan waktu mendadak, sebenrnya saya memberikan keterangan atau info pemesanan H-1 tapi kalau keadaan disaat saya lagi kondisi sedang tidak banyak kerjaan akan saya kerjakan walau sebenarnya dengan waktu yang terdesak, tapi Alhamdulillah konsumen suka dan tetap percaya untuk pemesanan selnjutnya," sambungnya.

Adapun kesan selama bergelut di dunia perbucketan, dirinya mengaku asik saja dan happy, karena menjadi hobby baru dengan pengalaman yang baru lagi.

"Terutama saat ulang tahun saya sendiri, suami pura-pura mesen untuk temannya dan ternyata dibawa pulang lagi ke rumah untuk jadi kejutan buat saya, saya merasa sangat romantis," katanya sambil bercerita dan senyum manis.

Tidak lupa Echa menyampaikan bahwa dirinya terinspirasi membuat bucket ini karena sering melihay di media sosial yang postingan-postingan bucket-buckt cantik.

"Mulanya belum tertarik tapi pas dicoba akhirnya menjadi bisnis buat saya, dan sangat memberi manfaat untuk orang lain, selain praktis juga hemat biaya," sampainya.

Alasan membuat bucket diirinya juga mengaku untuk lebih menjadi kepuasan tersendiri, karena jika ada slaah satu anggota keluarga yang ulang tahun dan membutuhkan hadiah bisa langsung dibuatkan dengan model dan keinginan sendiri.

"Adapun jenis bucket yang saya rangkai beragam ya, karena saya membuat sesuai permintaan dari konsumen, ini bucket yang pernah saya buat diantaranya, handmoney bucket, handsnack bucket, snacktower, snacktower dan balon, handflower bucket, bloombum bucket, bucket khusus wisuda, pocky-pocky love viral, hampers baby, bucket bumbu masakan, dan masih banyak lagi lainnya. Itu semua sesuai dengan permintaan konsumen mau yang seperti apa," sebut Echa yang juga seorang alumni Akbid Bunda Jambi.

Lebih lanjut Echa mengatakan, dalam waktu lebih kurang 9 bulan selama dirinya memulai bisnis ini, paling banyak handmoney bucket yang dirangkai ada uang senilai Rp 15 juta dengan pecahan uang Rp 100 ribu dan pecahan Rp 50 ribu total lembarannya sekitar lebih kurang 250 lembar dalam waktu 5 jam pengerjaan dari mulai awal persiapan bahan-bahan lainnya juga.

"Harapan saya, semoga usaha rumahan ini bisa berkembang dengan baik, sehingga bisa membantu perekonomian juga, jika semakin ramai dan banyak yang memesan mungkin saya akan mencari karyawan untuk membantu usaha saya ini, dan untuk kedepannya semoga di tahun depan sudah bisa buka toko sendiri, dan untuk saat ini proses pembutannya masih di tempat tinggal sndiri di Aspol Talang Banjar," tutupnya. (rhp).


Berita Terkait



add images