iklan

IKAN belut banyak dikenal, khususnya di Jambi. Namun selama ini pengenalan masyarakat terhadap belut tidak ada yang istimewa, hanya ikan biasa yang bisa didapatkan di rawa. Namun di tangan anak muda yang masih duduk di bangku kuliah, mampu menjadikan belut memiliki nilai lebih.

MUHAMMAD HAFIZH ALATAS, Kota Jambi  

NAMA brand nya BonEel. Sebutan itu adalah produk abon dan crispy yang diolah dari bahan baku belut. BonEel merupakan sebuah brand usaha yang dibangun dengan kerja sama anak muda, yakni Valen Dwi Putri, Nur Chotipah, M. Shaiful Anwar, M. Farhan dan Salshadilla Miftasyanah. Mereka semua adalah mahasiswa UNJA.

“Mahasiswa semua, tapi kini sudah ada yang lulus dua orang,” kata CEO BonEel, Valen Dwi Putri.

Berawal dengan modal Rp 1.250.000, olahan belut itu mulai digarap. Modal tersebut terkumpul dari sumbangan lima anak muda yang memiliki misi yang sama. Disamping juga mereka mendapat bantuan pendanaan dari Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) pada 2021. 

Kini BonEel sudah berkembang menjadi usaha kreatif yang menjanjikan. Bakan produk lokal tersebut sudah mampu menembus pasar nasional.

“Alhamdulillah sedang berjalan dengan baik. Karna kami baru dapat support dana juga dari Pak Bahlil Lahadalia Mentri Investasi,” kata CEO BonEel, Valen Dwi Putri.

Dalam satu minggu, sekitar 7 kg belut diolah para anak muda tersebut. Namun juga tergantung pesanan dan kondisi bahan baku. Produk jadinya lebih banyak dipasarkan melalui media sosial.

“Sosmed IG, Wa kita. Di toko Raja Kurma, jamilah store, kaka Cake dan kantor kementrian investasi/BKPM itu. Kita lebih memanfaatkan pasar digital,” imbuhnya.

Valen Dwi Putri mengatakan, potensi bahan baku belut di Provinsi Jambi cukup besar, khususnya di Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Kumpeh di Kelurahan Tanjung Provinsi Jambi.

“Kami mencoba memanfaatkan potensi yang ada, membuat abon belut, tujuannya supaya petani sejahtera dan masyarakat bisa menkonsumsi makanan dengan nilai gizi tinggi,” imbuhnya.

Dalam pengolahannya, tim BonEel terlebih dahulu memisahkan antara daging dan kulit. Kulit menjadi krispy, kemudian dagingnya sebagai bahan baku abon.  

“Jika selama ini masyarakat lebih mengenal abon daging sapi, ayam, ikan, udang, maka dari Jambi ada abon belut,” lanjut Valen.

Valen mengungkapkan, mereka sudah memiliki rumah produksi yang memang masih sewa. Rumah tersebut khusus untuk pengembangan usaha olahan belut. Saat ini yang bekerja ada 8 orang, termasuk mereka (5 orang) selaku pencetus usaha tersebut.

“Intinya ada tiga orang baru yang membantu kita untuk produksi,” sebutnya.

Produksi tersebut hanya diolah mandiri, dengan tenaga dan pikiran para anak muda tersebut. Mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan, dan pemasaran. 

“Dari masing-masing kita punya relasi dan keluar. Pemasaran kita juga dari situ,” sebutnya.

Setiap hari atktivitas pengolohan di rumah produksi mereka terus berjalan. Masing-masing mereka memiliki manajemen waktu tersendiri, karena memang masih ada beberapa orang diantra mereka yang masih aktif dan harus menyelesaikan studinya dibangku kuliah.


Berita Terkait