JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu 1 Oktober yang memakan ratusan korban jiwa maupun luka-luka dalam pertandingan Arema FC versus Persebaya tak terlepas dari tembakan gas air mata.
Apa sih gas air mata itu? Gas air mata berbentuk bubuk bertekanan yang menciptakan kabut saat digunakan. Gas air mata pada awalnya dikembangkan sebagai senjata kimia untuk penggunaan militer. Namun sekarang dilarang dan lebih sering digunakan untuk membubarkan massa atau menghentikan demonstrasi.
Kandungan gas air mata yang digunakan pada perang “Battle of the Frontiers” yang dilansir dari laman situs Encyclopedia Britannica menyebutkan bahan utama dalam gas air mata adalah halogen sintetis, cairan yang bisa ditembakkan lewat beberapa senjata seperti granat dan spray.
Kandungan utama gas air mata adalah CN (chloroacetophenone) atau CS (chlorobenzylidenemalononitrile). Gas air mata juga dapat dibuat menggunakan bahan Oleoresin Capsicum (OC) yang biasanya terdapat pada paprika merah dan hijau sebagai bahan utamanya.
Senyawa lain yang digunakan atau disarankan untuk digunakan adalah bromoacetone, benzyl bromide, ethyl bromoacetate, xylyl bromide, dan α-bromobenzyl cyanide.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kandungan dalam gas air mata yang mungkin berdampak pada lecet kornea. Pada pernafasan, setelah terhirup maka efeknya bisa berupa perih atau sensasi terbakar di hidung, sesak dan nyeri di dada, perih tenggorokan, sesak napas, batuk, bersin dan kesulitan bernapas.
Air liur yang terkontaminasi dan tertelan dapat menyebabkan ketidaknyamanan epigastrium (rasa sakit di ulu hati), mual, muntah dan atau diare.
Mata dan sistem pernafasan menjadi sasaran utama akibat paparan gas air mata. Akan terjadi iritasi pada mata dan saluran pernapasan. Mata akan terasa nyeri saat berkedip, merah akibat peradangan, dan menghasilkan air mata akibat perih yang dihasilkan oleh gas air mata.
Beberapa ahli berpendapat kandungan gas air mata bisa menyebabkan lecet pada kornea mata. Dan jika tidak sengaja menghirup gas air mata akan berpengaruh pada sistem pernapasan yang membuat perih yang menyebabkan hidung menjadi berair, sesak dan nyeri di dada, perih pada tenggorokan, sesak napas, batuk, hingga kesulitan untuk bernafas.