"Kalau di Tanjung Belit ini, bila ada yang hajatan maka masyarakat bergotong royong untuk membantu tuan rumah yang menggelar hajatan," kata Rio Tanjung Belit, Mahyudin, Jumat (11/11).
Setelah semua bumbu masak siap digiling, barulah para ibu pulang ke rumah masing-masing. Sementara yang tinggal di lokasi hanya sebagian saja, khususnya juru masak.
"Di sini memang semuanya serba gotong royong, tidak pandang status sosial orang tertentu. Semuanya tetap dikerjakan secara bersama-sama," ungkap Mahyudin lagi.
Kerja bersama seperti ini juga dilakukan oleh kaum pria. Apapun persiapan yang diperlukan oleh tuan rumah akan diselesaikan oleh kaum bapak-bapak.
Menurut Mahyudin, tradisi gotong royong seperti ini di Tanjung Belit tidak pernah lekang oleh waktu. Dan ia mengaku bangga dengan kekompakan warganya.
"Dari nenek moyang kami terdahulu diajarkan agar segala sesuatu untuk kepentingan umum harus bergotong royong, tidak ada yang harus diajak dulu baru mau kerja. Disini orang-orang sudah langsung bekerja jika ada orang akan menggelar hajatan," tuturnya.
"Karena setiap pekerjaan yang berat bila dilakukan bersama-sama maka akan terasa ringan. Begitu juga dengan membantu keluarga yang punya hajatan, kita selalu gotong royong," pungkasnya. (*)